•
•
•
•
•Mobil meluncur dengan kecepatan di sepanjang jalan yang tenang, hanya suara mesin dan hembusan angin yang mengisi keheningan di dalam mobil. Javiel duduk dengan tegang di samping Damon, matanya terus memandang keluar jendela, mencoba mencari tanda-tanda di sekitarnya yang mungkin mengungkapkan tujuan Damon membawanya keluar.
Sudah lebih dari sebulan sejak Javiel ditahan oleh Damon, dan inilah pertama kalinya ia dibawa keluar dari kediaman itu. Pertanyaan-pertanyaan bergelayut di pikirannya, namun ia memilih untuk merenungkannya sendiri.
Mobil Damon berhenti dengan mantap di depan restoran mewah itu. Javiel memandang ke arah Damon, tatapannya penuh dengan kebingungan mengenai tujuan mereka di sini.
"Keluar," Damon memerintah dengan nada yang tak bisa diganggu gugat. Ia keluar dari mobil, dan Javiel dengan ragu mengikutinya.
Damon mendekati Javiel dan tiba-tiba merangkul pinggangnya. Tubuh keduanya menyatu, membuat Javiel terkejut dan terdiam. Hatinya berdebar kencang, sesuatu tumbuh dalam perasaannya tanpa diminta. Javiel berusaha untuk melepaskan diri, namun remasan kuat di pinggang Javiel dari Damon membuatnya terdiam, tak berani memprotes lagi terhadap tindakan Damon.
Mereka masuk ke dalam restoran bersama, rangkulan mereka menarik perhatian banyak mata penasaran. Tatapan tidak percaya dan terkejut melanda orang-orang di sekitar. Mereka seolah melihat sesuatu yang luar biasa tak terduga. Javiel merasa tertekan oleh perhatian yang mengarah padanya.
Jarel, yang duduk di ujung ruangan, mendapati dirinya melongo ketika melihat kedatangan Damon. Minuman hampir tumpah dari gelasnya karena kaget. Matanya membulat kaget, menyaksikan keduanya dengan tatapan tercengang dan tak percaya, seolah-olah melihat sesuatu yang tak terbayangkan.
'Damon tidak mungkin serius dengan mainannya itu, kan? Sampai membawanya ke acara seperti ini' pikir Jarel, masih terkejut dengan kehadiran mereka berdua.
Damon berjalan menuju meja yang telah disiapkan untuk mereka. Ia membiarkan tatapan-tatapan itu menyelinap, tidak terpengaruh oleh sorotan tajam yang diterima.
Sementara itu, Javiel menahan nafas, merasa terbebani oleh semua pandangan itu. Damon menyadari ketidaknyamanan Javiel dan dengan tatapan tajam, ia memandang sekeliling. Seketika, semua orang mengalihkan pandangan mereka saat Damon menatap mereka dengan tajam.
"Bersikaplah biasa saja, dan jangan timbulkan kehebohan," ucap Damon kepada Javiel, yang masih terlihat bingung.
Javiel hanya bisa mengangguk patuh, ia tidak bisa melakukan apapun di sini selain menuruti Damon.
"Wow, apa yang aku lihat ini, siapa yang bersama mu, Daren? Kekasihmu?" tanya seorang pria kepada Damon, ia secara tiba-tiba menghampiri mereka berdua.
Javiel terkejut akan kedatangan pria itu, ia mendongak menatapnya dengan mata terbelalak. Javiel mengenalnya, dia adalah orang yang sama menemui Javiel di kafe saat itu.
'Daren? Apakah itu nama samaran Damon? Ada hubungan apa dia dengan Damon?' batin Javiel dengan cemas.
Damon menatap pria itu yang sudah duduk di sampingnya, kemudian ia tersenyum mencoba ramah kepada pria itu walaupun senyumannya terlihat dipaksakan.
"Ya, dia kekasihku," ucap Damon dengan nada santai, tetapi itu membuat Javiel terkejut. Pengakuan Damon tiba-tiba tidak pernah terbayangkan oleh Javiel. Ia hanya bisa diam, tak berani memprotes.
Pria itu menatap Javiel dengan intens, seolah menilai penampilannya. "Kau mendapatkannya dari mana? Sayang sekali dia menjadi kekasihmu, dan bukan diriku," ujar pemuda itu lagi, tatapannya menusuk sejenak ke arah Javiel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
De TodoDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...