Part 16: Weakness

3.8K 293 60
                                    

~ Happy reading ~


Hazel melangkah dengan percaya diri ke dalam ruangan. Semua orang di ruangan itu segera berhenti berbicara dan menoleh ke arahnya. Ruangan itu terasa penuh dengan ketegangan saat ia memasukinya, pandangan tajam dari para anggota dalam ruangan itu menyapanya.

Namun, Hazel tidak terlihat terpengaruh oleh atmosfer yang tegang ini. Dengan santai, Ia berjalan ke tengah ruangan dan memilih tempat duduknya di meja bundar itu. Tatapannya mantap, tak tergoyahkan oleh aura ketegangan di sekelilingnya.

Saat ia duduk, tatapannya mengitari keempat pria yang duduk di sekelilingnya.

"Jadi, mengapa aku dipanggil ke sini?" tanya Hazel dengan nada kekesalan. Ia masih merasa kesal karena harus meninggalkan Shaka saat mereka hampir saja melakukan itu.

"Ah, jadi kau akhirnya bisa meninggalkan jalang barumu untuk hadir di sini?" Gavin, pria yang duduk di depannya, berucap dengan nada mengejek.

Hazel memukul meja dengan keras, ia menatap Gavin dengan tajam. "Kau memata-matai ku?"

Gavin hanya terkekeh, tak terpengaruh oleh kemarahan Hazel. "Siapa yang tahu kapan kau akan berkhianat?"

"Hentikan pertengkaran kalian. Kita berkumpul di sini untuk membahas rencana, bukan saling berdebat." Callum, pria tua yang duduk di samping Hazel, akhirnya bersuara menghentikan pertikaian yang terjadi antara Hazel dan Gavin sebelum semakin membesar.

"Tciih," Hazel mendecih, tidak ingin terlibat dalam perdebatan yang tidak akan menghasilkan apapun.

"Teruskan, kami tidak punya waktu untuk membuang-buang energi pada pertengkaran." Maverin, seorang pria yang sedari tadi memperhatikan dalam diam akhirnya bersuara.

"Sebelum itu, aku ingin memperkenalkan kepadamu anggota baru kita," ujar Callum lagi kepada Hazel.

"Siapa?" Hazel bertanya dengan kurang minat.

"Masuk."

Seorang pria melangkah ke dalam ruangan dengan langkah tegas, dan mata Hazel langsung membelalak ketika melihatnya. Hazel merasa dunianya berputar. Ia terkejut melihat orang yang hadir di hadapannya.

"THE FUCK?!" desis Hazel, kemarahan terpancar jelas di wajahnya.

"Kenapa kau membiarkannya bergabung?!" teriaknya Hazel marah, menatap Callum dengan mata membara.

"Kami memiliki alasan kuat untuk itu." Callum tetap mempertahankan keputusannya.

"Kau tahu dia terobsesi padanya, bukan?"

"Aku tahu," balas Callum tanpa keraguan. "Dan aku tidak peduli."

Hazel memandang Callum dengan kemarahan yang tak tersembunyi. Memang, keluarga ini biadab, dan ia seharusnya tidak terkejut dengan tindakan mereka.

Pria itu tersenyum sinis, menyilangkan tangan, dan mengamati Hazel dengan tatapan mengejek. "Kenapa kau begitu marah, Hagelion Grant?"

Hazel, yang sebenarnya adalah Hagelion Grant, menggertakkan giginya, matanya tajam saat menatap anggota baru itu. Hagelion Grant memang nama aslinya, dan Hazel hanyalah nama samarannya. Hagel terlibat dalam dunia mafia juga, sehingga ia harus menggunakan nama samaran untuk urusan luar.

"Jika kau mengacau, aku tidak akan ragu-ragu untuk menghabisimu, Gerald," ucap Hagel dengan dingin, matanya tetap memancarkan kebencian saat menatap Gerald.

Ya, anggota baru itu adalah Gerald. Entah apa yang ia rencanakan hingga memilih untuk bergabung dengan kelompok yang berencana menghancurkan Damon, suatu pilihan yang sangat berisiko.

Ruthless DominionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang