Part 21: Flashback

2.6K 263 69
                                    

~ Happy Reading ~


Flashback, Javiel pof.



(Chapt. 2)

Javiel tersenyum tipis saat Damon pergi dari tempat itu. Ia tidak menyangka Pemimpin Mafia itu akan tertarik dengannya dengan begitu cepat. Meskipun terlalu percaya diri, kenyataannya memang begitu.

Tak lama setelah itu, pandangan Javiel berpindah ke arah lain. Senyuman terukir di wajahnya ketika melihat seorang pria baru tiba. Dengan cepat, ia menghampiri pria itu dan bergegas memeluknya.

"Kerja bagus, sayang," ucap pria itu sembari membalas pelukan Javiel.





(Chapt. 4)

Javiel tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, pandangannya tetap tenang, terfokus pada jalan di depan. Namun, saat ia melirik ke kaca spion, perhatiannya tertarik oleh dua mobil hitam yang tampaknya mengikutinya.

Javiel memutuskan untuk mengambil jalur lain, ingin memastikan apakah benar ia diikuti. Dan kecurigaannya terbukti benar. Mobil-mobil itu mengikuti setiap tikungan yang ia lakukan.

Sebuah senyuman sinis terukir di bibirnya, mengetahui bahwa mobil-mobil itu adalah suruhan dari seseorang.

"Ayo bermain sedikit," gumam Javiel, lalu dengan cepat mempercepat mobilnya, mencoba menghindari kejaran dua mobil itu untuk memberikan sedikit kesempatan.

Syiiittttttttt!

Bunyi ban melengking saat Javiel mendesak rem mendadak ketika melihat mobil hitam mendahuluinya di depan, dan pada saat yang sama, mobil hitam lainnya muncul di belakangnya. Ia terjebak.

"Well, permainan selesai," ucap Javiel sembari tersenyum tipis.

Javiel lalu mengambil ponselnya dengan cepat dan mencoba mengirim pesan kepada seseorang saat melihat pria berpostur besar keluar dari mobil itu. Setelahnya ia mulai mencoba menelfon temannya, jio, meskipun sebenarnya ia tidak benar benar menelfonnya karena Javiel dengan segera mematikannya, dan kembali menghubungi jio berulang kali.

Javiel melakukannya dengan alasan. Ia tahu dengan siapa ia berurusan sekarang. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, ia meninggalkan jejak dengan menelfon Jio sebagai upaya untuk menyelamatkan diri.

"Keluar," perintah pria berbaju hitam itu sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas dan memaksa.

Tak ada pilihan lain, Javiel mematikan mesin mobilnya dan membuka pintu dengan hati-hati. Pria itu tersenyum sinis, memandang Javiel dengan tatapan tajam.

"Kau pikir kau bisa kabur, huh?" ejek pria tersebut.

'Cih, aku memang sengaja, dasar pria jelek,' batin Javiel, berusaha menahan kekesalannya agar tidak memukul pria di depannya.

Tiba-tiba, tangannya diikat dengan pengikat plastik dan wajahnya ditutupi dengan kain, membatasi penglihatannya.





(Chapt. 5)

"Siapa... siapa kamu?" bisik Javiel, suaranya serak. Meskipun sebenarnya ia sudah mengetahui identitas orang yang berada di depannya sekarang, namun demi keselamatan penyamarannya, ia harus bertanya.

Pria itu tersenyum, senyuman yang menyimpan misteri. "Namaku adalah Damon, Damon Killian Salvatore," ucapnya dengan tenang, suaranya yang maskulin menggema dalam ruangan.

Dalam hatinya, Javiel terkekeh sinis. Sangat mudah, pikirnya, mengelabui Damon, pemimpin mafia yang selalu ditakuti orang-orang. Tapi tidak bagi Javiel, ia tidak merasa takut berhadapan dengan seorang Damon.

Ruthless DominionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang