•
•Warning !!
ada adegan brutal• • •
Telah tiga hari berlalu sejak Javiel sadar, dan hubungannya dengan Damon semakin dekat. Damon selalu memberikan perhatian padanya, memperlakukannya dengan lembut, sebuah sikap yang tak biasa dari Damon sebelumnya. Javiel menyukai perlakuan Damon, perasaan waspada yang dulu ada kini telah menghilang, digantikan oleh cinta yang tumbuh di dalamnya.
Javiel berdiri di balkon, memandang ke kejauhan di mana anak buah Damon sedang berlatih bela diri. Balkon itu langsung menghadap ke lapangan tempat anak buah Damon berlatih.
Tiba-tiba, Javiel merasakan tangan besar dan berotot melingkar di pinggangnya dari belakang. Damon menyandarkan dagunya di bahu Javiel, semakin menariknya dalam pelukan hangatnya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang?" tanya Damon sambil mengecup bahu Javiel dengan lembut.
Javiel menyandarkan dirinya di dada Damon yang memeluknya. "Tidak ada, aku hanya sedang bosan."
"Aku punya sesuatu untuk menghilangkan kebosananmu."
Javiel menoleh kepada Damon yang masih terus mengecup bahunya. "Apa itu?"
Damon menghentikan kegiatannya dan membalas menatap Javiel.
"Ikuti aku," ucapnya kemudian menarik tangan Javiel pelan menuju ruang bawah tanah. Javiel tidak bertanya lebih lanjut, hanya terus mengikuti Damon ke mana pun ia membawanya.
Javiel melihat dua anak buah Damon yang berjaga di depan pintu besar dan lebar. Pandangannya menelusuri koridor yang tampak menyeramkan.
Ketika Damon mendekati, kedua pria itu segera membukakan pintu besar untuk Damon dan Javiel. Saat pintu terbuka, suara teriakan yang sangat nyaring memenuhi pendengaran Javiel. Suara tangisan dan teriakan kesakitan memenuhi ruangan itu, dan senyuman kecil muncul di bibir Javiel saat mendengar suara tersebut.
Damon membawa Javiel masuk ke dalam ruangan. Javiel melihat sekeliling, banyak orang yang terkurung dalam jeruji besi. Tubuh mereka sudah tak terlihat seperti tubuh manusia; banyak bagian tubuh yang hancur dan cacat, menciptakan pemandangan yang mengerikan.
Damon melihat Javiel yang tengah memandang sekeliling dengan tanpa ekspresi. "Mereka semua penghianat dan pemberontak," jelas Damon.
Javiel menoleh. "Rumor yang aku dengar ternyata benar." ucap Javiel sembari tersenyum tipis.
Damon hanya terkekeh mendengar ucapan Javiel. Mereka berdua lalu berhenti tepat di depan enam kurungan yang tengah berjajaran. Anak buah Damon tengah menyiksa keenam pria yang berada dalam kurungan masing-masing.
Bibir Javiel berkedut melihat pemandangan itu, matanya berbinar, ia seperti melihat adegan yang sangat menyenangkan. Pandangannya beralih kepada seorang pria yang tengah menyiksa Hagel, pria itu adalah orang yang pernah ia lihat di apartemen Hagel terakhir kali—Shaka.
"Berhenti," perintah Damon dengan nada dingin.
Anak buah Damon langsung menghentikan kegiatan mereka setelah mendengar perintah tersebut. Alessio menoleh dan tersenyum tipis saat pandangannya bertemu dengan Javiel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless Dominion
RandomDentuman musik bergema, memenuhi ruangan dengan keharmonisan yang begitu nyaring, disertai sorakan riuh penonton yang memperheboh suasana. Namun, pria yang kejam namanya menjadi terhormat ini hanya duduk santai, mata terfokus pada seorang pria berwa...