Chapter 5 - Cheers to Friendship
──────── ☾ ────────
Bel tanda pulang sudah berbunyi. Semua murid kelas XI IPA 2 mengemasi barangnya ke dalam tas dan berlalu meninggalkan kelas.
Revanna berdiri dari bangkunya, Cassia dan Rubia masih sibuk merapikan buku setelah menyalin rangkuman di papan tulis.
"Ven, tungguin kita" teriak Cassia.
"Selesai, waktunya pulang" mereka bertiga berjalan keluar kelas melewati koridor sekolah menuju tempat parkir.
Sesampainya di parkiran, Byan, Glen, Samadera, dan Kent sudah berada di samping motor masing-masing, sedangkan Reiga berdiri di samping mobil yang dibawanya tadi pagi.
"Nanti malam jangan lupa datang lo pada, Ingat, jangan pada telat."
"Iya..Iya" jawab mereka.
Samadera menaiki motor nya, "kalau gitu kita pada balik dulu, sampai ketemu nanti malam" katanya.
"Duluan" ucap Kent singkat. Motor Kent melaju meninggalkan parkiran disusul motor Byan, Glen dan terakhir Samadera.
"Yaudah Venna, Reiga gue sama Rubia juga duluan ya, Bye~" Cassia dan Rubia melambaikan tangannya lalu memasuki mobil mereka.
"Ra, ayo pulang" ajak Reiga.
Mobil Ferrari 812 yang di kendarai Reiga mulai meninggalkan kawasan sekolah. Mobil dijalankan dengan kecepatan standar, tangan kanan Reiga memegang kemudi dan tangan lainnya menggenggam tangan Ravenna.
"Nanti malam gue jemput."
"Gak usah, gak usah dijemput entar gue bawa mobil sendiri aja."
Reiga menginjak rem mobilnya secara mendadak, menyebabkan tubuh keduanya terdorong ke depan dengan keras, untung saja mereka berdua menggunakan self-belt sehingga tidak membentur ke dashboard mobil.
"REIGA!" pekik Ravenna, yang dilakukan Reiga sangat berbahaya.
Ravenna merasakan tangan yang dipegang Reiga semakin mengerat.
"Ulangi" kalimat itu diucapkan dengan nada dingin.
Ravenna paham saat melihat ekspresi wajah Reiga, saat ini Reiga sedang menahan emosinya. Lihat saja, mata setajam elang itu tertuju padanya, bahkan urat lehernya sudah mencuat.
"Ravenna. Ulangi!" lagi, kali ini Reiga memanggil namanya dengan penuh penekanan, padahal niat Ravenna hanya ingin menjahili Reiga.
Merasakan aura pekat yang tidak mengenakan dari Reiga terus bertambah. Ravenna menghela nafas, "gue cuma bercanda, Rei" ucapnya
"Gampang banget kepancing emosi" tambah Ravenna dengan tangan lain yang tidak digenggam mengusap kerutan di kening Reiga, sedangkan tangan yang digenggam, ibu jarinya mengelus telapak tangan Reiga untuk meredam emosi Reiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENNA GALATEA
RomanceSebuah trauma memaksa Ravenna untuk meninggalkan segalanya, termasuk cinta masa kecilnya, Reiga. Namun, tiga tahun berlalu, dan takdir mempertemukan mereka kembali. Momen-momen indah terbangun kembali. Di kota Jakarta yang gemerlap, di antara korid...