Chapter 23 - Fateful Escape
──────── ☾ ────────
"Mampus!" guman Ravenna.
Dengan langkah lebar, Ravenna segera berlari menuju pintu luar club, dia tidak menyangka pelariannya malam ini akan diketahui secepat ini oleh Reiga.
"Ravenna!" melihat Ravenna dengan beraninya melarikan diri tentu saja membuat Reiga kesal, pemuda itu berlari mengejar Ravenna.
Di tengah gelapnya malam, Ravenna terus berlari dengan sangat cepat, seolah-olah dia adalah seekor kijang yang diburu. Di kegelapan, kesan dia seakan dikejar hantu melesat melintasi pikiran. Tidak, tidak, bahkan ini lebih menakutkan daripada hantu; dia seperti dikejar oleh singa yang seharusnya tidak pernah dia ganggu.
Baiklah, ini memang kesalahannya sejak awal. Niat hati ingin mencari kesenangan, pada akhirnya dia malah terjun ke sarang singa lapar. Keberanian malamnya seakan menjadi taruhan dengan risiko yang tak terduga.
"Pokoknya gue harus kabur, jangan sampai gue dikurung di ruangan yang sama dengan makhluk siluman itu" guman Ravenna.
Inilah alasan mengapa Ravenna memilih untuk kabur dari Reiga. Dia yakin nantinya dia akan dihukum di ruangan yang sama dengan makhluk yang paling dia hindari. Pelarian ini adalah usahanya untuk menghindari konfrontasi yang mungkin membawa konsekuensi yang sulit dia tanggung.
Tap tap tap tap
Ravenna terus berlari menghindari kejaran Reiga, melewati gang-gang sempit yang hanya ditemani cahaya bulan. Sesekali Ravenna menoleh kebelakang untuk melihat apakah Reiga sudah menyusulnya atau belum, untungnya dia tidak melihat kehadiran Reiga di belakangan.
Saat Ravenna berbelok di gang yang gelap, langkahnya terhenti tiba-tiba ketika tubuhnya menabrak seseorang yang berdiri di tengah jalan.
Terkejut, dia mendongak dan menemukan bahwa orang yang ia tabrak adalah Reiga. Suasana tegang melilit di udara, dan dalam sekejap, ekspresi Ravenna mencerminkan kejutan yang tak terduga.
"Masih ingin kabur sayang?" terdengar kembali suara dingin dan datar dari orang yang seharusnya dia hindari.
Ravenna menghela nafas, "habis sudah."
"Pulang sekarang" nada dan wajah dingin Reiga membuat Ravenna sedikit takut.
"REIGA!" mata Ravenna melebar, dengan entengnya Reiga menggendongnya seperti karung beras.
"Turunin! Kepala gue jadi pusing"
Tidak ada jawaban apalagi niat Reiga untuk menurunkan Ravenna, pekikan yang dikeluarkan Ravenna hanya dianggap angin lalu. Tidak terima dengan keterdiaman Reiga, Ravenna meronta kan tubuhnya, agar Reiga menurunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVENNA GALATEA
RomanceSebuah trauma memaksa Ravenna untuk meninggalkan segalanya, termasuk cinta masa kecilnya, Reiga. Namun, tiga tahun berlalu, dan takdir mempertemukan mereka kembali. Momen-momen indah terbangun kembali. Di kota Jakarta yang gemerlap, di antara korid...