02.Perasaan Yang Disimpan

4.1K 319 2.1K
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

   Rangga menatap bergantian Alka dan Ria. Dia pun berdehem membuat keduanya saling membuang muka lalu memasang ekspresi datar. Alka mengulurkan tangannya, “terima kasih atas kinerjamu selama ini. Nona Ria.”

   “Sudah menjadi tugas saya,” jawabnya tersenyum tipis. Begitu jabatan tangan mereka terlepas, suasana kembali canggung. Beruntung Rangga yang menyadari hal tersebut langsung mengalihkan pembicaraan.

   “Apa anda sudah makan siang pak? Kebetulan kami akan ke kantin, maukah anda bergabung dengan kami? Itu pun jika anda tidak keberatan,” ajak Rangga sopan.

   Jangan please, batin Ria sambil menunduk ketika ditatap hangat oleh Alka.

   “Dengan senang hati,” jawab Alka. Rangga pun tersenyum.

   Meskipun Alka 2 tahun lebih muda darinya, dia tetap menghormatinya. Mengingat Alka adalah atasannya. Rangga berjalan lebih dahulu guna memimpin jalan. Sementara dibelakang Alka berjalan disebelah Ria. Gadis itu terus menunduk, takut menatap Alka. Ketika Rangga berjalan cukup jauh, saat itulah Alka berbicara.

   “Aku masih sama Ri,” ucapnya membuat Ria menoleh bingung.

   “H-hah?”

   “Aku masih suka kamu,” Alka menjelaskan.

   “Bisa jangan bahas itu disini, kita harus profesional Alka.” Kata Ria halus. Suara yang benar-benar Alka rindukan selama ini. Dan Alka membalasnya dengan anggukkan.

   Rangga memasuki kantin, dan tatapannya langsung tertuju pada Aloria yang tengah mengunyah roti dengan wajah cemberut. Sangat imut. Bibir yang mencebik, pipi menggembung seperti bakpao juga memerah. Dari raut wajahnya, sepertinya Liva dan yang lainnya tengah menjahili gadis itu. Rangga mengulum bibir bawahnya.

   Cantik. Pengen ikut gabung tapi udah terlanjur ngajak pak presdir, mending nanti coba ajak pulang bareng deh. Semoga mau, batin Rangga lalu menoleh kebelakang.

   Dia pun memilih bangku disebelah kanan bangku Aloria. Berjarak satu meja. Rangga, Alka, dan Ria pun duduk disana. Sementara John tampak mengobrol dengan para manager dan sekertaris sambil meminum segelas kopi.

   Saat itu, Liva menyadari kehadiran Alka dan yang lainnya. Matanya langsung melotot kemudian menggeser kursinya agar duduk lebih dekat dengan Aloria. Aloria yang baru menelan rotinya itu tampak bingung melihatnya. Wajar gadis itu tidak menyadarinya karena posisinya dia duduk membelakangi bangku Alka dan lainnya.

   “Kenapa ka—”

   “Aloria coba lihat kebelakang, sebentar saja.” Sela Liva berbisik.

   Aloria patuh dan menolehnya sekilas. Indra penglihatannya menajam ketika melihat Alka ada disana. Bukan hanya itu, dia terkejut dengan Rangga yang duduk disana berdampingan dengan seseorang yang dia kenal. Sahabatnya semasa SMP yang selalu ada disisinya. Ria. Iya, Aloria dan Ria adalah sahabat dekat sejak SMP. Namun mereka berpisah cukup lama karena kuliah. Dan terakhir kali mereka berkomunikasi 2 tahun lalu. Aloria masih menyimpan nomor Ria namun sepertinya nomornya sudah tidak aktif. Aloria yang penuh dengan pemikiran positifnya itu berpikir Ria mengganti nomor dan lupa dengan nomornya. Aloria tersenyum tipis.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang