21.Kenangan Di Danau Biru

2.5K 341 238
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~

>·<~

Ramein paragrafnya biar Aceng cepet up, jangan jadi sider doang🤸‍♂️

~>·<~

Sepekan kemudian.

   Aloria tampak meremas roknya sambil menunggu hasil apakah dia menjadi karyawan tetap atau tidak. Tangannya mendingin lantaran rekan magang dia banyak yang tidak diloloskan dan itu membuatnya takut. Iya, Aloria terlanjur nyaman dengan lingkungan pekerjaannya ditambah gajinya yang amat mencukupi akan sangat disayangkan bila dia tak lolos. Meskipun sang ayah menyarankan agar Aloria berhenti bekerja dan fokus kuliah, Aloria menolaknya. Gadis itu takut bila kejadian sebelumnya terulang. Karena tidak ada yang menjamin hal tersebut tidak terulang lagi kan? Terlebih Firas kembali bekerja sebagai tangan kanan Kenzie Azura. Aloria takut rekan sang ayah ada yang berhati jahat menuduhnya kembali. Aloria yang lugu. Lamunan Aloria buyar ketika namanya dipanggil oleh Liva.

   “Aloria Erinasitha,” kata Liva sambil merungut sedih membuat Aloria takut.

   “A-apa saya tidak lolos?” tanya Aloria formal.

   Liva menghela napas berat, “sayangnya... Tidak! Selamat Aloria, kamu ditetapkan menjadi karyawan disini!”

   Wajah sedih Aloria seketika berubah sumringah. Dia tersenyum bahagia lalu keluar ruangan setelah menerima kartu identitasnya yang baru. Begitu keluar, Aloria memeluk Siera yang setia menunggunya di luar.

   “Kak Siera aku jadi karyawan tetap!!!” Girangnya.

   “Selamat Alo, udah ih jangan nangis. Harusnya kamu tuh happy, ayo kita ke kantin sambil nunggu kak Liva.” Usul Siera. Aloria pun mengangguk setuju lantas menghusap sudut matanya yang berair.

   “Aku sih udah nebak kamu bakalan lolos Alo. Yakali proposal promosi yang kamu setujui dan bikin kita dapet bonus langsung dari pak presdir, kamu nggak lolos? Rugi dong,” ucap Siera sambil menekan tombol lift.

   “Ish! Aku tetep takut tau. Soalnya kan keputusan ini hasil dari rapat para direktur kak,” sahut Aloria.

   Siera geleng-geleng kepala mendengarnya, “oh iya diruangan tadi tinggal berapa orang?”

   “Emm, 21 atau 24 deh. Lupa, soalnya aku fokus nunggu namaku dipanggil.” Jawab Aloria.

   “Waduh, keknya sampai jam istirahat selesai kak Liva belum selesai nih.” Kata Siera sambil mengecek arloji di tangannya.

   “Bisa jadi kak.”

   Ting!

   Pintu lift terbuka. Baru melangkah keluar, ponsel Aloria berdering. Segera Aloria mengeluarkannya dari dalam saku roknya. Gadis itu tampak terkejut ketika nama yang tertera adalah sahabatnya, Ria.

   “Kakak ke kantin duluan ya, aku mau angkat telepon bentar.” Ucap Aloria.

   “Oke deh,” sahut Siera lalu pergi.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang