12.Penguntit

3.2K 310 1.6K
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

   “Alo, ayo istirahat. Sudah memasuki jam makan siang nih,” ajak Siera.

   Aloria yang tadinya fokus pada komputernya pun teralihkan. Dia menoleh dengan wajah sumringah. “Oke kak! Kak Liva ayo sekalian,” Aloria mengajak Liva yang masih belum beranjak dari duduknya.

   “Kalian duluan saja, aku harus merangkum laporan lalu menaruhnya dimeja pak direktur.” Jawab Liva menolak secara halus.

   “Mau aku bantu kak?”

   Liva langsung menggeleng, “tidak perlu Alo. Ini tinggal sedikit, kalian istirahat saja. Jangan terlalu memaksakan diri nanti sakit.”

   “Baiklah, kakak semangat ya. Ayo kak Siera,” Siera mengangguk lalu pergi bersama Aloria. Kini tinggal Liva sendirian disana karena memang para karyawan yang lain juga pergi bersama Siera dan Aloria.

   Kembali pada Aloria. Gadis itu beberapa kali tampak membalas sapaan dari rekan-rekannya yang berlain devisi itu. Tentu dengan senyuman manisnya yang tidak dia lewatkan membuat karyawan pria secara terang-terangan mengaguminya. Siera tertawa kecil melihat Aloria yang sepertinya tidak terbiasa dengan hal itu.

   “Jangan murung Alo, nikmatilah hasil kerja kerasmu ini. Kau tau? Mereka memberikan kesan positif padamu loh, harusnya kau senang.” Kata Siera menghibur.

   Aloria tersenyum tipis menanggapi. Yah, itu karena alasan dia murung sebenarnya adalah Alka. Meskipun mulutnya dengan tegas menginginkan perpisahan itu, namun hatinya tidak selaras. Ada rasa rindu yang menyakitkan. Bagaimana pun, 18 tahun mengagumi dalam diam sangatlah tidak singkat. Aloria yang malang. Gadis itu memasuki kantin dan tentu saja dia kembali mendapatkan sapaan hangat dari beberapa karyawan disana.

   Seperti yang kak Siera bilang. Harusnya aku bahagia dengan pencapaian ini tetapi kenapa aku malah... No! Jangan sedih Alo, ini keputusan yang tepat. Gak apa-apa tahan rasa sakitnya diawal daripada nanti aku kecewa lebih dalam, batin Aloria lalu memulai makan siangnya.

   Dari kejauhan, Ria yang baru keluar lift itu tampak memasuki kantin dengan wajah jengah. Hanya karena orang-orang di dalam lift membicarakan Aloria dan membanggakannya. Bahkan ada beberapa karyawan pria yang memuji kecantikan gadis itu. Semua itu entah mengapa membuat Ria kesal tanpa alasan. Terlebih, Alka mengabari jika dia akan sibuk sampai beberapa hari kedepan.

   Siera tak sengaja menatap Ria langsung mencolek lengan Aloria, “ini baru pertama kali aku melihat bu direktur makan siang di kantin.”

   “Mungkin beliau bosan,” respon Aloria setelah menatap Ria sekilas. Rasa sakit karena ucapan Ria saat itu membuatnya sedikit marah pada sahabatnya itu. Itulah mengapa dia meresponnya dengan malas.

   Disaat itu, ponsel miliknya bergetar. Aloria langsung menyalakan ponselnya dan tertera notifikasi pesan dari Rangga. Penasaran gadis itu pun langsung membukanya. Tentu dengan mulutnya yang terus mengunyah makanan. Siera yang melihat hal itu hanya menahan rasa gemas.

   Lucu... Tapi, tadi aku merasa bu direktur menatap tajam kearah Alo ya? Apa mungkin perasaan aku aja? Batin Siera menatap sekilas Ria yang tampak berbincang dengan rekannya.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang