15.Jealous?

2.9K 326 247
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

   Alka membuka matanya perlahan. Mengedipkannya beberapa kali guna menyesuaikan cahaya. Begitu kesadarannya terkumpul, Alka hendak bangun. Namun seseorang dengan kasar menahannya dan membuatnya kembali terbaring. Alka menoleh menatap sang pelaku. Dia ayahnya, Alzada.

   “Tidur. Jangan bangun sampai infus kamu habis Alka,” kata Alzada datar.

   Kening Alka mengerut lalu menatap tangannya. Dan benar saja, jarum infus terpasang disana. Maklum anak itu tidak menyadarinya, mengingat Alka tidak bisa merasakan sakit fisik. Alka memijit pelipisnya dan tanpa dia ketahui. Alzada tengah menahan tangisnya lantaran khawatir anak semata wayangnya itu. Bagaimana tidak? Seseorang pendiam seperti John menghubunginya dengan suara panik jika Alka tak sadarkan diri. Begitu dia dan Daisy menyusul Alka ke rumah sakit, Alzada menintikkan air matanya saat melihat kondisi Alka. Bayangkan saja, wajah pucat dan tangan mendingin. Orang tua mana yang tidak akan khawatir terlebih itu anak satu-satunya. Karena hal itu pula, Alzada mengamuk di rumah sakit karena pelayanannya yang lamban. Bapak posesif emang beda.

   “Apa yang terjadi dad?? Dan dimana mommy?” tanya Alka.

   Alzada menatapnya tajam lalu menoyor kening putranya, “kamu hampir mati anak bodoh! Dokter bilang kamu dehidrasi, kekurangan tidur, dan terlalu lelah. Berkali-kali daddy mengatakan padamu berhenti memaksakan diri Alkaizer! Biar apa kamu gitu hah?! Perlu daddy tegaskan lagi, keluarga kita lagi kritis Alka. Mau sampai kapan pun gak akan pernah mengalahkan Ester. Terlebih pria itu sudah berhasil memiliki Bratadikara Group. Tinggal masalah waktu dia mengungumkannya. Menyerahlah. Sekali lagi kamu begini, jangan salahin daddy bunuh kamu!”

   “Dad, ayolah...” rengek Alka agak ketakutan dengan ancaman sang ayah.

   “Nurut sama daddy.” Tegas Alzada. Alka hanya bisa menghela napas berat menanggapinya.

   “Alka udah gak peduli sama iblis itu dad.”

   “Apa maksudmu?”

   Alka memejamkan matanya sambil memalingkan wajahnya, “daddy nggak akan paham. Alka sendiri juga gak paham.”

   Sebelah alis Alzada naik, menatap bingung Alka. Tak ingin ambil pusing, Alzada membenarkan selimut putranya ketika dia sudah terlelap. Alzada menghusap lembut kening Alka. “Jangan sakit, begitu gila daddy mengamuk karena takut kamu meninggalkan daddy. Sehat selalu son, daddy menyayangimu.” Gumam Alzada lalu pergi darisana. Membiarkan Alka beristirahat.

   Diluar, tampak Daisy menahan senyum dengan mata memerah akibat terlalu lama menangis. Wanita itu mencubit ujung hidung suaminya, “katanya gak peduli kalo Chiky sakit. Tadi siapa ya, yang nangis sama ngamuk-ngamuk gak jelas?” ejeknya.

   “Cutie ih!” rengek Alzada sambil menenggelamkan wajahnya pada curuk leher sang istri.

   “Udah tanya kenapa?”

   Alzada mengangguk, “tapi katanya Chiky udah gak peduli sama pergerakan Ester. Terus apa? 3 bulan terakhir anak itu banyak berubah.  Apa ada masalah sama pacarnya?”

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang