17.Keadilan Untuk Aloria

2.9K 339 248
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

   Keesokan harinya. Aloria tampak buru-buru menuju ke ruang makan. Yah, karena pagi ini gadis itu bangun agak terlambat. Bagaimana tidak?? Aloria begadang hanya mengingat bagaimana Alka cemburu padanya. Hal itu membuatnya senang bukan main. Aloria tampak mengambil roti bakarnya dan beranjak pergi.

   “Bunda, ayah, Erani... Aku berangkat. Hampir telat jadi nggak sarapan, tenang aku bawa roti bakar kok!” Pamit Aloria.

   Di teras, Aloria mengerutkan kening ketika melihat sang ayah rapi memakai jas. Gadis itu tertenggun. Rasanya sudah beberapa tahun lamanya sang ayah tak mengenakan pakaian formal itu. Lamunan Aloria buyar ketika dua orang pria setinggi ayahnya yang juga memakai jas mendekati Firas. Mengira mereka akan menahan sang ayah, Aloria menghampiri.

   “Tu-tunggu pak! Bapak mau bawa ayah aku pergi kemana??” tanya Aloria lalu menatap Firas khawatir, “ayah mereka siapa?? Ayah mau kemana??”

   Firas tersenyum lalu mengecup puncak kepala sang putri, “mereka orang baik. Ayah akan baik-baik saja. Berangkatlah bekerja, nanti terlambat.”

   “Tapi ayah—”

   “Nanti ayah jelasin gih... Alo nurut ya,” sela Firas halus. Masih dengan wajah khawatir, Aloria akhirnya mengangguk.

   “Aku berangkat kerja dulu, ayah hati-hati.” Pamitnya dengan perasaan berat hati.

   Firas menatap punggung putrinya yang mulai menjauh. Bibirnya terukir senyuman tipis. Dua orang yang menjemputnya tak lain orang suruhan Kenzie Azura. Juga, rekan kerjanya dulu.

   “Dia putri sulungmu?” tanya salah satunya terkagum.

   Firas mengangguk, “iyaa. Wajar kalian merasa asing, toh sudah 10 tahun kan kalian tak bertemu putriku.”

   “Hahaha, kau benar Firas. Ah iya, ayo... Selain tuan Kenzie, tuan besar juga akan datang.”

   “Ayo.” Balas Firas lalu mengikuti keduanya.

   Kembali pada Aloria. Gadis itu tampak melamun didalam bus. Pikirannya kini tertuju pada sang ayah. Dia takut jika orang-orang tadi adalah suruhan keluarga Azura yang diminta menahan ayahnya. Aloria amat takut hal itu. Lamunannya buyar ketika bus berhenti. Dengan segera Aloria keluar dan menuju ke kantornya. Napas lega terhela ketika dia sampai tepat waktu. Aloria absen terlebih dahulu lalu menuju ke ruangannya.

   “Pagi Alo,” sapa Liva. Yah, dia selalu berangkat lebih awal.

   “Pagi kak Liva,” Aloria tersenyum kepada rekan-rekannya, “pagi semuanya.”

   “Tumben kamu agak telat dari biasanya, kenapa Alo?” tanya Siera ketika Aloria menaruh tasnya.

   Aloria mengulum senyum, “nggak apa-apa kak.”

   “Nggak apa-apa kok mesam-mesem gitu?? Hayoo pasti abis sleep call sama pacar ya?” Goda Siera.

   “Ih nggak kak,” balas Aloria.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang