18. Ayah Nolia

2.3K 314 162
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

   “Yey akhirnya selesai!! Kak Liva, ayo ke rumah kakak. Nggak sabar ketemu si manis,” kata Aloria bersemangat. Gadis itu bahkan sudah mengemasi tasnya. Liva dan Siera geleng-geleng kepala melihatnya.

   “Kak Alo, bu Siera, dan bu Liva. Kami pamit pulang duluan ya,” pamit salah satu karyawan yang baru bergabung 3 minggu itu.

   Ketiganya mengangguk pertanda setuju. Siera tersenyum tipis, “hebat ya umur muda segitu udah kerja. Mana kerjanya gesit, kalah aku.”

   “Bener kak, malah bagus tuh mereka potensinya bisa memperkuat perusahaan.” Sahut Aloria.

   “Betul sekali. Eh, minggu depan pengumuman karyawan tetap ya?” Tanya Siera sambil menatap Liva yang baru selesai menata tasnya.

   “Iyaa, dan aku dengar ada beberapa yang tak lolos menjadi karyawan tetap. Tapi tenang saja Alo, aku yakin kamu lolos. Mengingat kinerjamu yang sebagus ini, akan sangat merugikan jika perusahaan tidak menerimamu.” Terang Liva. Meskipun Liva berkata begitu, Aloria tetap khawatir.

   “Aku tetap takut kak... Kakak tau darimana ada karyawan yang nggak lolos??” Tanya Aloria penasaran.

   “Dari—”

   “Tentu saja dariku, calon suaminya.” Sela Sen yang tiba-tiba datang tanpa permisi menyela ucapan Liva. Pria itu tampak membawa sekotak coklat dan sebuah boneka beruang kecil berwarna pink.

   “Selamat sore direktur Sen.” Sapa Siera dan Aloria. Sementara Liva masih menatap tajam pria didepannya.

   “Hahaha, tidak perlu formal. Sekarang sudah diluar jam kerja, panggil saja namaku,” jawab Sen.

   Bukh!

   “Aw! Sakit sayang,” rengek Sen.

   Liva melotot, “rasain! Calon suami matamu! Alo, Siera ayo kita pulang.”

   Ternyata direktur Sen bucin parah ke kak Liva, dia bahkan mau menerima Nolia dengan lapang dada meskipun bukan anaknya. Batin Aloria kagum.

   “Aku ikut, aku juga ingin menjenguk calon anakku.”

   “Sen—”

   “Siera dan kamu tidak bawa mobil kan? Nah, ayo naik mobilku. Biar kuantar,” sela Sen lalu menggiring Siera dan Aloria bersamanya. Melihat hal itu tentu Liva tidak bisa menolak.

   Kini mereka berempat pun memasuki lift menuju ke lantai bawah. Didalam lift, Liva melirik coklat dan boneka yang dibawa oleh Sen. Bagaimana putrinya tidak patuh pada Sen sementara pria itu tak pernah datang dengan tangan kosong ketika mengunjunginya? Liva hanya menghela napas berat.

   “Kak Sen, apa itu untuk Nolia??” tebak Aloria.

   Sen mengangguk, “tentu saja Alo. Nolia pasti butuh pelukan ketika sedang sakit jadi kuberikan boneka dengan warna kesukaannya.”

   “Kak Sen benar! Kalo begitu aku akan membeli buah apel dan strawberry kesukaan Nolia,” ujar Aloria.

   “Dan aku akan membelikan susu kotak rasa coklat kesukaannya.” timpal Siera. Aloria dan Siera pun bertos ria.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang