23.Kecemburuan Alkaizer

3.4K 379 240
                                    

~>·<~

“Kita kan teman?”
~Aloria Erinasitha.

~>·<~

“I will always choose you.”
~Alkaizer Gryaon.

~>·<~

“Aku menyukaimu.”
~Ria Tarti Marnaza.

~>·<~

Yang terjadi sebelum kejadian.

   Alka baru saja menghabiskan bubur ayam buatan sang aunty. Sebenarnya nafsu makannya agak kurang namun karena Saila membuatnya dengan segenap hati tentu Alka harus menghabiskannya. Dia tak ingin mengecewakan sang aunty.

   “Sini mangkuknya.” Kata Saila.

   “Biar Alka aj—”

   “Kamu lagi sakit Al, nurut sama aunty.” Sela Aristide yang tengah menyuapi Zeron. Alka pun memberikan mangkuk kotornya pada Saila dan kembali duduk.

   “Kasih piringnya ke mama,” titah Aristide pada putra bungsunya. Bocah itu mengangguk patuh kemudian dengan hati-hati membawa piring kotor ke dapur. Tempat ibunya berada.

   “Perusahaan itu tetep nggak bisa diambil alih lagi ya?” kata Alka. Aristide menghela napas berat.

   “Uncle tak bermaksud merendahkan kemampuanmu tetapi, harus kita akui jika Ester berada diatas kita Alka. Dia seperti bom tanpa waktu yang meledak tak bisa diprediksi.” Terang Aristide tampak pasrah.

   “Bahkan jika aku memiliki kekuasaan lebih besar darinya pun tak akan bisa mengembalikan perusahaan itu kecuali Ester memberikannya?” tanya Alka tak percaya. Terlebih ketika Aristide mengangguk.

   “Terlebih kamu adalah Gryaon, harapan kita hanya satu. Molly. Dia yang masih memakai marga Bratadikara. Uncle benar-benar tidak tau mengapa kakekmu melarang keras memberikan marga Bratadikara padamu. Dia sama seperti Ester, sulit ditebak.”

   “Semua ini tidak akan terjadi jika Ester tidak muncul. Semoga dia selalu dalam kondisi buruk yang mengancam nyawanya. Aku benar-benar membenci pria bajingan itu,” kesal Alka lalu berdiri dari duduknya.

   “Mau kemana?” tanya Aristide.

   “Cari angin, uncle tenang saja. Alka cuman ke rooftop.” Jawab Alka sambil membawa hoodienya. Dia pergi setelah Aristide mengangguk mengizinkannya.

   Di rooftop, Alka melihat pemandangan sore hari yang amat indah dilihat dari sana. Dia duduk disebuah bangku sambil memakai kembali hoodienya. Merasakan udara dingin yang menusuk.

   “Kalo aku pulang ke rumah sekarang sebelum kondisi membaik, mommy pasti marah-marah. Apalagi daddy,” gumam Alka.

   Cukup lama melamun, Alka hendak pergi darisana namun ketika melihat seseorang yang ia kenali. Niatnya langsung diurungkan. Alka yang takut berhalusinasi pun mengedipkan matanya beberapa kali.

   “Aloria?” gumamnya terkejut. Terlebih ketika melihat Ria bersamanya.

   Ria? Kenapa mereka ada disini? Ok, itu bukan urusanku. Persetan soal mereka, batin Alka lalu kembali duduk menatap fokus pada Aloria yang tampak kegirangan. Dasar Alka ini!

   Bahkan tanpa Alka sadari, pria itu ikut tersenyum tipis kala melihat Aloria tersenyum. Namun ketika sadar dia tersenyum segera Alka kembali mendatarkan wajahnya. Raut wajahnya berubah ketika melihat Ria yang berteriak keras hingga dia pun bisa mendengarnya.

ALKARIA[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang