Perlahan

515 63 15
                                    

Rajendra membuka matanya perlahan. Aroma khas obat-obatan tercium oleh hidungnya yang terpasang selang oksigen. Menatap langit-langit kamar rawatnya sembari mengingat kejadian sebelum ia sampai di rumah sakit lagi.

KLEEEK

Rajendra menoleh ke arah pintu.

"Oh..kau sudah bangun." Vicenzo menurunkan masker medisnya dan berjalan mendekati brankar.

"Periksa denyut jantungnya dan tekanan darah." perintah Vicenzo pada staff rumah sakit yang mengikutinya di belakang.

"Bagaimana perasaanmu kawan?" tanya Vicenzo yang mulai mengecek infus dan kadar oksigen Rajendra

"Tidak baik, tidak juga buruk." jawab Rajendra pelan.

Vicenzo hanya menanggapi sekilas.

"Jika sudah selesai kalian boleh keluar dahulu, letakkan laporan pemeriksaan hari ini di ruanganku."

"Baik, Prof. Kami undur diri sekarang." ucap salah satu staff yang terakhir menyelesaikan pekerjaannya

"Dimana Gaffandi?" tanya Rajendra

"Jangan berpura-pura lupa, tidak ada Gaffandi disini." jawab Vicenzo sembari mendudukkan dirinya di kursi samping brankar

Rajendra mengernyit,
"Jika Gaffandi tidak ada, lalu siapa yan-

Kalimat Rajendra terputus, Vicenzo tersenyum miring.
"Sudah ingat, Tuan Wijaya?"

Bukannya menjawab, Rajendra memalingkan wajahnya dari Vicenzo.

"Arasyaa masih ada di ruanganku jika kau ingin tahu."

Sontak kepala Rajendra dengan cepat menoleh,
"Asaa disini? Bisakah kau membawanya kesini?"

Vicenzo menggeleng,
"Tidak, nanti saja. Aku membutuhkan waktu hampir 2jam hanya untuk menghentikan anak manis itu menangis. Lucu sekali wajahnya, pipi gembul dan hidungnya memerah karena menangis lama. Uhh..ingin aku masukkan ke dalam saku, cucumu itu."

Rajendra ikut tersenyum saat Vicenzo menceritakan Arasyaa. Namun ia juga sedih sudah membuat cucu kesayangannya itu menangis. Pasti Arasyaa takut melihat Kakeknya pingsan di hadapannya.

"Lalu sekarang Asaa sendiri di ruanganmu?"

"Sandra datang tepat sebelum aku kesini. Menantumu sangat khawatir saat mendengar kabar kau dibawa ke rumah sakit."

Rajendra menghela nafas sebentar,
"Lalu....

"Sebut namanya jika kau penasaran."

Vicenzo tahu, Rajendra sebenarnya ingin menanyakan Varish. Karena ia sadar putra sulungnya lah yang membawanya ke rumah sakit. Vicenzo hanya ingin mendengar Rajendra menyebut nama Varish.

"Sudahlah, aku ingin tidur. Atau kau bisa panggilkan Sandra dan Asaa untuk kemari." ucap Rajendra

Vicenzo menggeleng pelan,
"Aku kembali 2 jam lagi, pemeriksaan terakhirmu hari ini."

Vicenzo berdiri dari kursi dan berjalan keluar ruangan.
"Oh.. aku akan menyuruh Sandra kesini. Tolong kirimi aku video Asaa yang menangis lagi ya."

Kepala Vicenzo muncul dari luar pintu.

"Aku seorang pasien." jawab Rajendra kesal

"Kau baik-baik saja. Kutunggu video menggemaskan cucuku ya.."

"Asaa cucuku!" protes Rajendra sebelum Vicenzo benar-benar menutup pintu ruang rawatnya.

Baik Vicenzo maupun Alexandro, kedua sahabatnya itu sama seperti dirinya. Tersihir pesona menggemaskan dari bocah bernama Arasyaa. Beberapa bulan yang lalu bahkan Alexandro memaksa Sandra untuk memperbolehkan Arasyaa menginap di rumah mereka.

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang