Half Reason

361 36 4
                                    

"Kita sudah tiga kali bertemu dalam bulan ini, bukankah harusnya hanya satu kali tiap bulan?"

"Berisik"

"Pergilah ke rumah sakit, alat dan tenaga medis mereka lebih mumpuni."

"Kau juga dokter. Sama saja."

"Arse-

"Lagi pula aku tidak punya rencana untuk hidup lebih lama lagi."

"Tolong jaga ucapanmu. Bahkan kau datamg kesini bersama putri kecilmu."

Arsenio menoleh ke belakang, di balik punggungnya Gisca putrinya masih lelap tidur. Hari ini rencana Arsenio adalah untuk bermain seharian bersama putrinya, namun saat tengah hari tiba-tiba dadanya sakit dan sedikit sesak.

Butuh waktu setengah jam untuk membujuk Gisca berhenti bermain, dan selama itu Arsenio hanya berharap tidak tumbang di depan anaknya.

"Jadi bagaimana? Mau kan ke rumah sakit?"

"dokter Danu yang terhormat, sekali tidak tetap tidak." jawab Arsenio ketus

Danu menghela nafas, berhadapan dengan Arsenio adalah hal yang paling ingin ia lewati. Jika bisa, Danu dengan senang hati mengabaikan presensi putra mantan atasannya itu, namun ia juga sadar hal tersebut akan melanggar kode etik kedokteran. Dirinya sudah di sumpah untuk melayani semua pasiennya.

"Sampai kapan, Arsen?"

"Apa? Hidupku? Tidak akan lama lagi kok." jawab Arsenio santai

Danu memijat pangkal hidungnya,
"Jangan menyerah sebelum berjuang."

"Aku sudah berjuang, dan aku sendiri yang membuat aturan sampai mana harus berjuang."

"Bahkan aku bukan dokter spesialis ginjal, Arsen."

"Sama saja, kau dokter kan? Lisensimu masih aktif dan malahan membuka klinik di pedesaan."

Arsenio duduk bersandar di kursinya dengan nyaman. Melihat-lihat isi dari ruangan dokter Danu.

"Orang-orang pedesaan sangat jarang sakit, hanya sesekali flu. Lisensi dokter yang kau maksud itu hanya sebatas dokter umum." jelas Danu

"Aku penasaran, alasan sebenarnya dokter resign dari rumah sakit keluargaku tidak mungkin hanya karena Varsha menyerah kan?"

Danu tidak segera menjawab, matanya tertuju pada bingkai foto kecil di sisi kanan meja kerjanya.

Foto dirinya dengan pasien kesayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto dirinya dengan pasien kesayangan. Foto yang diambil jauh hari sebelum kondisi Varsha perlahan menurun. Saat dimana mereka hanya bertemu dua bulan sekali untuk sekedar check up.

"Apa aku punya alasan yang lain?" Danu balik bertanya

"Entahlah. Hanya karena salah satu pasienmu meny-

"Varsha lebih dari sekedar pasienku. Anak itu sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Sebelum berada di bawah pengawasanku, Varsha adalah tanggung jawab Ayahku." potong Danu

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang