Ivander memarkir mobilnya di depan butik. Setelah mengantar Arasyaa sampai di rumah Rajendra, Ivander pulang dan berganti mobil untuk pergi ke tempat kerjanya.
Ivander sudah sampai di butik 15 menit yang lalu, namun masih belum turun dari mobilnya. Pria yang tahun lalu gagal menikah itu duduk termenung di belakang kemudi mobil. Kalimat terakhir Arasyaa masih berputar di dalam kepalanya. Ivander tidak sempat menjawab kalimat tersebut. Terlalu kaget dan juga mobil mereka sudah sampai tujuan.
Membuang nafasnya kasar, Ivander menatap lamat bangunan mewah yang dihiasi banyak lampu. Bangunan yang menjadi kebanggaannya, karena dengan kesuksesannya di bidang fashion dan aksesoris itu Ivander terbebas dari bujukan Vicenzo untuk meneruskan rumah sakit keluarga mereka.
Mengambil ponselnya yang ia lempar ke kursi penumpang tadi, menekan beberapa nomor,
"Cas, apa ada meeting penting hari ini?"Ivander menelpon asistennya,
"Tidak,. Hari ini schedule bapak kosong, butik hari ini juga tidak ada tamu VVIP. Apakah bapak tidak akan datang ke butik? Tapi sepertinya saya melihat mobil Bapak di depan."
Ivander sedikit meringis, asistennya cukup talkactive memang.
"Iya, saya ada di luar butik. Tapi jika tidak ada yang penting, saya akan pergi ke suatu tempat sekarang.""Baik,Pak. Jika ada yang penting, saya akan mengabari Bapak."
"Oke."
TUTT
Sekali lagi menghembuskan nafasnya, Ivander memacu mobilnya dengan perlahan menjauhi butik miliknya. Tujuannya belum pasti, entah kembali ke rumah sakit, atau pergi ke bukit.
##########
"Sandra, aku benar-benar tidak apa-apa."
"Diam, istirahatlah."
Sandra sibuk mondar-mandir di depan brankar Varish. Mengambil barang dari sofa, menatanya di lemari, mengambil lagi, lalu meletakkan di tempat lain.
"Berhentilah berjalan. Aku pusing melihatmu." protes Varish
Sandra berhenti tepat di hadapan Varish,
"Tidurlah""Pulang dan temui Arasyaa. Aku tau kau merasa bersalah."
Sandra menggeleng, melanjutkan kegiatannya lagi.
Dan Varish benar-benar jengah dengan kelakuan istrinya itu.
"Stop melakukan sesuatu yang tidak penting.""Apa?" tanya Sandra
"Sedari tadi kau hanya memindah barang yang sama ke beberapa tempat, Sandra. Sebenarnya ingin kau apakan mobil-mobilan Asaa itu?"
Sandra membuka genggaman tangannya. Dan ya, mobil mainan kecil milik putranya yang sedari tadi ia pindah tempat.
"Duduklah." ucap Varish
Sandra melangkah mendekati Varish yang duduk bersandar di brankar.
Varish meraih tangan kiri Sandra yang masih menggenggam mainan Arasyaa.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?"Sandra menunduk. Beberapa saat kemudian terdengar suara isakan dan tubuh wanita cantik itu bergetar.
"A-aaAku.. Aku bersalah pada Asaa." ucap Sandra
"Ya, memang." jawab Varish. Dirinya tidak mau membenarkan apa yang dilakukan Sandra tadi.
"Tapi aku punya alasan!"
"Dan aku tau apa alasanmu. Ini adalah yang kedua kali kau bertindak kasar terhadap putra kita...
..dan ini semua karena kesalahanku." ucap Varish