Rajendra duduk bersandar di atas tempat tidurnya. Selang oksigen melintang di bawah hidung dan jarum infus menusuk punggung tangan kirinya. Matanya terpejam namun tidak tidur, nafasnya masih terdengar berat walaupun sudah dibantu dengan nasal kanul.
"Tuan, waktunya minum obat."
Gaffandi datang membawa nampan berisi bubur, air mineral dan beberapa tabung kecil obat yang dibutuhkan Rajendra.
"Aku tidak lapar." jawab Rajendra masih terpejam
"Bahkan ini sudah lewat 1 jam dari jadwal, Tuan."
Rajendra bungkam.
Tiga hari setelah collapse, Rajendra hanya mau membuka mulutnya untuk minum obat. Tidak ada makanan yang lolos masuk ke lambungnya, bahkan minum pun hanya seteguk.
Dokter pribadinya pun terpaksa harus memasang dua jenis infus untuk Rajendra. Saat tumbang, Gaffandi sudah bersiap untuk membawa Rajendra yang terkulai lemas ke rumah sakit. Bahkan dengan jelas Alexis memintanya ke rumah sakit Garson karena Varish dan juga Arasyaa berada disana.
Namun di sisa tenaga terakhirnya Rajendra mencengkeram tangan Gaffandi dan berkata tidak mau pergi ke rumah sakit. Terpaksa Gaffandi mengikuti kemauan Tuannya dan memanggil dokter pribadi Rajendra untuk datang ke rumah.
Selama tiga hari ini pun Rajendra tidak bisa tidur dengan nyenyak. Gaffandi yang biasanya pulang-pergi memutuskan untuk tetap tinggal dan mengawasi Rajendra sembari bertukar informasi dengan Alexis maupun Ivander.
Rajendra akhirnya mau membuka mulut dan menerima suapan dari Gaffandi.
"Sudah."
Gaffandi melihat piring yang dipegangnya, mengangguk sekilas karena makanan yang disiapkannya tinggal separuh piring.
"Kita tunggu setengah jam lagi untuk minum obat, Tuan."
"Bagaimana kabar mereka?" tanya Rajendra
Gaffandi yang sedang merapikan nampan makanan menoleh, ini baru pertama kali Rajendra menanyakan kabar anak dan cucunya setelah dikonfirmasi terlibat kecelakaan.
"Tuan kecil tidak mendapat luka yang serius, Tuan. Bahkan saya mendapat info dari Tuan muda Alexis jika lusa Tuan kecil Asaa sudah diperbolehkan pulang."
Rajendra sedikit tersenyum,
"Lalu Varish?"Gaffandi tidak langsung menjawab, menimang apakah Rajendra boleh tau yang sebenarnya ataukah ia harus mengarang cerita.
"Jangan berbohong." ucap Rajendra
Gaffandi sedikit kaget jika Tuannya bisa menebak isi kepalanya,
"Tuan muda Varish masih belum sadar, Tuan."Rajendra meremat selimut yang membungkus kakinya. Ada denyutan nyeri di jantungnya.
"Apa lukanya parah?"
"Informasi dari Tuan muda Alexis, luka luar pada tubuh Tuan muda Varish sudah semakin membaik dan tidak ada masalah, hanya saja..
Gaffandi menggantung kalimatnya, melihat reaksi apa yang Rajendra tunjukkan.
"Lanjutkan, aku tidak apa-apa."
"Tim medis masih terus memantau trauma pada tulang belakang Tuan muda Varish. Dikarenakan tulang belakangnya pernah mengalami luka dan retak, tim medis khawatir trauma yang terjadi ini akan menimbulkan masalah baru untuk tubuh Tuan muda Varish."
"Apa Varish pernah kecalakaan sebelumnya?" tanya Rajendra lirih. Seakan sedang menanyakan pada dirinya sendiri
"Beberapa kali Tuan muda mengalami cedera karena jatuh di arena balap. Dan kecelakaan parah pernah dialami kedua putra anda sebelumnya Tuan."