"Berhenti menatapku seperti itu!"
Varish gelagapan,
"Papa kan hanya mengagumi putra Papa yang tampan ini."Arasyaa memutar bola matanya jengah,
"Aku anak Papa bukan saudara Papa yang sudah mati itu!""Arasyaa, jaga ucapa-
"Jika memang Papa tidak suka aku berbicara kasar, jangan memulai! Aku bosan melihat tatapan seperti itu s e t i a p h a r i!!"
Kraaak
Arasyaa berdiri dengan kasar hingga kursi yang ia duduki sebelumnya berdecit kencang. Remaja 15tahun itu melangkah keluar dari cafe dan meninggalkan Sang Ayah di belakang.
"Masa remaja memang menjengkelkan bukan?"
Seseorang duduk di depan Varish.
"Tau apa tentang masa pertumbuhan anak-anak, menikah saja tidak." ejek Varish
"Bangsat, aku hanya belum menemukan alasan kenapa aku harus menikah sekarang."
"Umur yang semakin tua dan sebentar lagi mati tidakkah cukup untuk menjadi alasanmu menikah?" tanya Varish santai
"Brengsek satu ini, Ha.. kulihat semakin hari semakin gila."
"Lihatlah Bang Ivan, hidup bahagia bersama istri dan 2 anaknya di London. Bukankah dirimu seumuran dengannya?"
"Kau tidak ada bedanya dengan Nyonya Fara. Bahkan hingga waktunya selesai kalimat terakhirnya adalah 'kapan aku akan menikah."
Varish tersenyum tipis mendengar kalimat Alexis. Tiga tahun yang lalu, Fara menghembuskan nafas terakhirnya di basement rumah keluarga Mikolas dan Alexandro menghilang hingga sekarang. Entah apa yang terjadi sebelumnya, Varish tidak tahu.
Tidak ada yang mau membuka suara, menjelaskan detail kejadian naas tersebut. Saat itu dirinya dan Sandra sedang berada di luar negeri untuk pengobatan Arasyaa. Ketika mereka kembali, bahkan rumah abadi Fara sudah berdiri kokoh di samping makam ibunya.
Varish kembali satu bulan setelah kejadian terjadi. Tidak ada seorang pun yang memberinya kabar. Alexis pun tidak mengatakan apa-apa dan bersikap biasa saja. Sandra pernah bertanya sekali, mengapa Alexis terlihat tidak sedih saat ibunya meninggal. Jawaban Alexis sangat simpel.
"Untuk apa menangisi orang yang memang sudah habis waktunya. Toh semua akan mati nanti."
Meski jawaban Alexis terkesan datar dan cuek, Varish paham, pria yang beberapa tahun lebih tua darinya itu tetaplah merasa kehilangan. Namun topeng yang Alexis pakai terlalu tebal untuk orang lain lihat.
"Oi.." panggil Alexis
"Kau..berkata sesuatu?" tanya Varish
"Jangan terlalu sering melamun. Hidupmu akan semakin pendek."