"Kakek, diluar hujan."
Rajendra mendekap tubuh mungil Arasyaa hangat. Anak kecil itu duduk dipangkuan Sang kakek sembari menonton kartun favoritnya.
"Asaa kedinginan? Mau pindah ke kamar kakek?" tanya Rajendra
Arasyaa menggeleng, mendongak menatap wajah kakeknya
"Papa masih diluar, pasti kedinginan."Rajendra hanya diam. Cucunya masih menatapnya sedangkan ia beralih menoleh kearah jendela besar di belakang sofa yang mereka duduki.
Benar, di luar hujan cukup deras dan angin kencang, bahkan security rumahnya berteduh di dalam garasi kendaraan karena air hujan masuk membasahi pos tempat dia berjaga di samping pintu gerbang.
Dan Rajendra juga tahu, bahwa Varish berada di dalam mobilnya di depan rumah.
Tadi pagi, Rajendra mengirim pesan pada Sandra bila dia merindukan Arasyaa, meminta ijin untuk bertemu dengan cucunya itu.
Sandra mengatakan bahwa sekolah Arasyaa hari ini libur, jadi ia akan mengantarkan anak kecil itu ke rumah Rajendra dan akan menjemputnya nanti malam.
Tapi tiba-tiba Sandra harus pergi ke butiknya karena ada urusan mendadak. Rajendra menawarkan untuk menjemput Arasyaa di apartemen mereka. Tak disangka, cucu tampannya itu sudah sampai di depan rumahnya dan dengan heboh menekan bel rumah.
Rajendra mendorong kursi rodanya mendekat saat security rumahnya membuka pintu gerbang. Arasyaa langsung berlari dan memeluk Rajendra sesaat setelah pintu dibuka.
Sebelum sempat bertanya, Rajendra melihat mobil putra sulungnya terparkir di depan gerbang. Bersikap acuh, Rajendra kembali masuk ke rumah dengan Arasyaa yang sudah duduk di pangkuannya.
Rajendra berpikir bahwa Varish akan pergi setelah mengantar Arasyaa, tapi nyatanya putra sulungnya itu tidak pergi. Beberapa kali Rajendra mengintip dari dalam rumah, sedan hitam itu masih terparkir di depan gerbang, sekali pria tua itu melihat security rumahnya mengobrol dengan Varish yang berlindung di balik pagar.
Mencoba seminimal mungkin terlihat oleh Rajendra."Kakek..."
Panggilan Arasyaa menyadarkan Rajendra yang melamun.
"I-iya..Asaa butuh sesuatu?" tangan kanannya mengusap kepala Arasyaa lembut
"Asaa boleh minta sesuatu?"
"Apa saja akan Kakek berikan." Jawab Rajendra dengan senyum mengembang
Arasyaa tidak langsung menjawab, menunduk memainkan ujung baju yang dipakainya,
Kebiasaan Varsha ketika gugup
Rajendra tentu saja penasaran,
"Asaa ingin apa dari Kakek?"Arasyaa kembali mendongak menatap Rajendra,
"Boleh tidak, Papa masuk?"Bohong jika Rajendra bilang biasa saja setelah mendengar permintaan cucunya. Hati kecilnya tercubit dengan empat kalimat Arasyaa.
Baru akan membuka mulutnya, kalimat Arasyaa kembali terdengar.
"Asaa pinjam ponsel Kakek saja, Asaa mau telfon Papa supaya pulang ke ap- apa- apemen?"
"Apartemen, sayang." ucap Rajendra
"Iya itu, apamen." ulang Arasyaa masih tetap salah eja. Maklum, masih anak-anak
"Ini." Rajendra menyerahkan ponselnya pada Arasyaa
Mengotak-atik sebentar, kemudian mendongak,
"Tidak ada nama Papa di ponsel Kakek, Asaa tidak hapal nomornya."Cubitan kedua Rajendra rasakan hari ini. Otaknya sedang mencari alasan yang mudah untuk dimengerti anak umur 5 tahun tentang mengapa Kakeknya tidak menyimpan nomor ponsel Sang Papa.