Memory Box (1)

351 50 9
                                    

Sudah seminggu Varish keluar dari rumah sakit. Kondisinya belum kembali pulih sempurna. Bahkan sesekali Varish akan merasa sesak saat bernafas atau saat terlalu banyak berbicara.
Namun bukan Varish namanya jika tidak bisa membuat Vicenzo mengalah dan mengizinkannya pulang.

Meski dengan catatan harus pulang-pergi ke rumah sakit untuk kontrol mingguan dan resep obat yang harus dihabiskannya bertambah, Varish cukup puas untuk meninggalkan ruang rawat inapnya.

Hari ini, Varish berencana untuk mengunjungi apartemennya sebentar. Ada sesuatu yang harus ia pastikan disana. Sandra bersikukuh harus ikut namun Varish lebih keras kepala dan tidak membiarkan istrinya ikut. Lagipula baru kemarin Arasyaa berani bermanja ria dengan Sandra. Varish tidak mau Arasyaa merasa ditinggal sendiri lagi.

"Papa pergi ke apamen?" tanya Arasyaa

Varish yang sedang memilih baju di lemari kamarnya menoleh mendengar pertanyaan anaknya.

"Iya. Hanya sebentar, nanti sore Papa kembali kesini" jawab Varish lembut

Arasyaa yang hanya berdiri di ambang pintu perlahan melangkah mendekati Varish. Tanpa ada kalomat lagi, Arasyaa yang tingginya hanya sampai pinggang Varish memeluk erat kaki Sang Papa.

"Hey boy.." panggil Varish

Ia menghentikan kegiatannya dan mengusap tangan kanan Arasyaa yang melingkar di pinggangnya.

"Papa..."

"Hmm"

"Papa, Asaa ingin ikut." ucap Arasya pelan

"Mama ada dirumah, ada Kakek juga."

"Kalau begitu, boleh Asaa pergi keluar?" Arasyaa melepas pelukannya dan mendongak melihat wajah Varish

"Asaa ingin pergi kemana?" tanya Varish. Ingin hati berjongkok dan menyamakan tingginya dengan Arasyaa namun kondisi kakinya belum terlalu kuat untuk tumpuan badan.

"Galeri Paman Arsha."

Varish terdiam. Sudah bertahun-tahun dirinya tidak pernah mengunjungi tempat itu. Sejak Varsha pergi, Varish hanya tiga kali menyambangi Galeri, tempat Varsha menyalurkan hobi melukis dan musiknya.

Menyadari Sang Papa melamun, Arasyaa menggenggam tangan kanan Varish,
"Asaa bisa sendiri, Papa tidak perlu menemani Asaa."

"Eh, lalu Asaa ingin melakukan apa disana?" tanya Varish

"Hanya ingin melihat-lihat." jawab Arasyaa

Bukan melarang, bahkan tidak ada yang melarang siapapun mengunjungi galeri Varsha atau bahkan Mini Arena tinju milik Rajaa. Rajendra mempekerjakan beberapa orang untuk tetap menjaga dan membersihkan tempat-tempat yang ditinggal putranya.

Galeri milik Varsha bahkan lantai pertamanya masih aktif sebagai kelas musik bagi anak-anak kecil seusia Arasyaa hingga mahasiswa.

Sempat tutup beberapa bulan pasca meninggalnya Varsha, bahkan pihak penyewa berniat untuk pindah dari tempat tersebut. Namun Shenna meyakinkan mereka bahwa tidak akan ada yang berubah meski pemilik bangunan itu telah pergi.
Pihak penyewa bisa menghubungi Shenna kapanpun jika memerlukan sesuatu, karena setelah Varsha pergi Shenna lah yang bertanggungjawab atas bangunan tersebut.

"Papaaaa!" panggil Arasyaa membuyarkan lamunan Varish

"Oi.Oh.. maaf jagoan, Asaa hanya ingin melihat sebentar?"

Arasyaa mengangguk.

"Baiklah, Papa akan temani Asaa."

"Papa bilang akan ke apamen."

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang