Rumit

402 51 10
                                    

"Papaaaaaaaaa!"

"Asaa jangan berteriak, ini rumah sakit sayang."

"Papa! Asaa mau Papaa! Ayo dorong lebih cepat, Paman!"

"Iya iya sabar anak kecil!"

"Ayoooo..ayooo.. Paman tua lelet sekali! Ayo lebih cepat dorong kursi roda Asaa!"


CKLEEEKKK

"Papa! Mama!"

Sandra segera menghampiri Arasyaa yang masih di depan pintu ruangan.

"Aku tidak mau mengurusi anak kalian lagi." gerutu Ivander

Pria muda itu berjalan ke arah sofa di samping brankar Varish.

"Sudah puas mimpimu? Kukira kau lupa jalan pulang, bocah." ucapnya pada Varish

"Jangan memanggilku bocah, aku bahkan sudah menghasilkan bocah kecil lebih dulu darimu."

Ivander merotasikan bola matanya jengah.

"Papaaaa!" panggil Arasyaa

"Hai jagoan." jawab Varish lengkap dengan senyuman hangatnya

Sandra mendorong kursi roda anaknya mendekat ke brankar Varish.

"Mama gendong.. Asaa mau sama Papa."

"Tidak bisa Asaa, tidak cukup. Papa belum boleh bergerak banyak, sayang"

Arasyaa cemberut, tidak tahukah Mama jika dirinya sangat rindu dengan Papa.

"Maaf ya, sayang." ucap Varish lembut

Tangannya masih sedikit kaku dan gerakan seminimal mungkin pun akan terasa nyeri seluruh badan. Namun bukan Varish namanya jika tidak memaksa, diusapnya pelan tangan mungil Arasyaa yang menggapai dari samping kirinya.

"Papa sudah selesai mengobrol bersama Paman Arsha dan Paman Rajaa?"

Pertanyaan singkat Arasyaa membuat ketiga orang dewasa di ruangan tersebut terdiam.

"Asaa.." panggil Sandra pelan. Entah kenapa ada rasa kesal saat mendengar kalimat tanya putranya sendiri.

Varish tersenyum samar,
"Sudah, makanya Papa pulang. Papa rindu sekali dengan putra Papa yang paling tampan."

"Papa sudah tidak rindu dengan Paman Ars-

"ARASYAA!" bentak Sandra

Arasyaa tentu saja kaget, selama ini Mamanya itu tidak pernah sekalipun membentak dirinya. Bahkan sekesal apapun Sandra, ia tidak akan membentak putranya.

"M-mama...hikss.." Arasyaa mulai terisak

Ivander yang juga kaget mendengar suara tinggi Sandra untuk pertama kalinya itu, segera tersadar dan menghampiri Arasyaa yang mulai terisak dengan nafas yang berat.

"Lebih baik kamu pulang, Arasyaa."

Sandra berkata lebih datar lalu berbalik dan mengunci dirinya di kamar mandi yang berada di pojok ruangan.

"Pa-pp...papa.." panggil Arasyaa

Demi apapun Varish ingin bangun dari posisinya dan memeluk Arasyaa. Terlihat jelas di hadapannya jika Sang putra kesayangan sangat shock dan ketakutan. Varish sendiri tidak menyangka Sandra akan membentak Arasyaa.

"Bang.. bisakah mengantar Asaa ke rumah Ayah?" tanya Varish

"Pp-papa juga mengusir Asaa ya.."

"Bb-bukan begitu say-

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang