Hari Kelabu (1)

442 57 13
                                    

Hari masih sangat pagi, namun Sandra sudah menyibukkan diri di pantry apartemen. Meskipun terbilang masih pagi, bahkan matahari belum sepenuhnya mengintip, bagi Sandra ia bangun terlambat.

Selama 2 hari kemarin Ibu satu anak itu sangat sibuk. Butiknya mendapat kunjungan mendadak dari pejabat negara, ia harus turun tangan sendiri bertemu dengan para petinggi itu, menjelaskan dan mempromosikan butiknya. Lalu setelah puas melihat-lihat, rombongan pejabat itu pun sepakat memesan beberapa model baju yang mereka senangi.

Karena larut dalam euforia pesanannya, Sandra bekerja hingga larut malam. 2 hari pula Arasyaa selalu ikut dengan Varish ke kantor sepulang anak itu dari sekolah. Tidak masalah, Varish tidak keberatan dan Arasyaa tidak rewel selama di kantor Sang Papa.

Puncak lelah Sandra adalah semalam. Banyak bagian yang harus di revisi bahkan diganti dan dibuat ulang karena ternyata tidak sesuai dengan selera para petinggi itu. Sandra harus ekstra sabar. Dan akibatnya di pagi hari dia telat bangun.


"PERGI!!

DASAR PENGGANGGU!!!"

Sandra kaget dan tidak sengaja menumpahkan susu vanilla Arasyaa. Sebelum sempat mengambil lap dan membersihkan kekacauannya, suara tangis Arasyaa terdengar.

"Mamaaa...hikss... huuuaa..hiks.. Mamaaa.."

Sandra segera beranjak mencari asal suara Arasyaa.

"Sayang..."

Arasyaa duduk di anak tangga terakhir, tangan kirinya memeluk reel pagar tangga dan sebelah tangannya sibuk mengusap air matanya.

Sandra berjongkok di depan putranya dan memeluk Arasyaa
"Tidak apa-apa..ssst.. Mama disini."

Tangannya sibuk mengusap punggung Arasyaa yang masih bergetar. Tangis anaknya masih juga belum reda.

Menunggu hampir 10 menit, akhirnya tangis Arasyaa berhenti.

Sandra sedikit memundurkan tubuh Arasyaa dan mengusap pipi merahnya,
"Asaa mau cerita?"

Arasyaa mengangguk,
"Asaa terbangun karena ingin pipis, lalu sesudah dari kamar mandi ingin tidur lagi di kamar Mama.. tapi..tt-tapi Papa mengusir Asaa..

...hikss.. Papa berteriak saat Asaa minta peluk..

...huaaa.. Mama...

..Papa tidak sayang Asaa lagi.."

Tangis Arasyaa kembali pecah, anak itu merapatkan dirinya dalam pelukan Sandra.

"Sstt.. tidak sayang.. Papa selalu sayang Asaa sampai kapan pun, mungkin Papa hanya kelelahan.." ucap Sandra lembut

Dalam pikirannya sudah merancang kalimat untuk ia tanyakan pada Varish. Suaminya itu tidak pernah sekalipun meninggikan suaranya kepada Arasyaa, pun tidak pernah marah kepadanya. Varish adalah orang nomer satu yang akan lari pada anaknya kapanpun dimanapun Arasyaa memanggilnya. Dan Varish adalah laki-laki paling baik yang pernah ia temui.

Jadi, Sandra sedikit bingung mendengar teriakan Varish yang menurutnya cukup kasar untuk Arasyaa. Sedikit kecewa karena Varish melanggar janjinya sendiri untuk tidak membuat Arasyaa menangis.

"Mau Mama temani ke kamar Asaa?" tanya Sandra

Arasyaa menggeleng,
"Asaa mau di sofa saja."

Sandra tersenyum lembut, mengusak rambut Arasyaa pelan.

"Baiklah, tunggu di sofa sebentar ya, Mama buatkan sarapan Asaa dulu."

Arasyaa mengangguk. Mengusap bekas air mata di pipinya dan melepaskan tangan Sandra yang masih memeluk dirinya. Berjalan perlahan ke ruang tv dan meringkuk di atas sofa.

After The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang