Jisoo di meja makan bersama Taeyeon dan Jennie. Dengan memandang mereka bergantian, Jisoo merasa semakin tidak yakin akan pilihannya sendiri. Dia tidak sendirian. Setiap pilihannya sekarang, tidak hanya akan berdampak pada dirinya sendiri, tapi juga pada orang-orang yang menyayanginya.
Nafas Jisoo yang tidak sengaja terdengar lebih keras menarik dua pasang mata lain yang ada di sana. Menyadari itu, Jisoo balik menatap mereka sedikit gelagapan.
"Maaf. Aku hanya sedang-- aku sedang memikirkan sesuatu, tapi ya, itu tidak penting."
Jennie menerimanya. Bukan berarti dia percaya, Jennie hanya yakin mereka akan mempersulit Jisoo dengan terus bertanya. Jennie juga yakin dia dan ibunya hanya akan mendapat kebohongan dari Jisoo.
"Tuan Taehyun rutin mengunjungimu?"
Jisoo menatap ibunya. Kini setiap memandang Taeyeon, Jisoo merasa semakin tidak bisa apa-apa. Jisoo selalu takut semakin menyakitinya. Namun, tetap, untuk memanggilnya ibu saja, Jisoo merasa bersalah. Jisoo takut terlalu menikmati hidupnya, takut terlalu bahagia, takut melupakan fakta tiadanya Hyoyeon dan Lisa itu karena dirinya.
Jika Lisa masih ada, mungkin saja dia sedang menderita. Jisoo tidak ingin dirinya bisa tertawa-tawa sementara mungkin saja adiknya sedang menangis darah.
"Untuk memeriksa dan memantau kinerja Veronica, Tuan Taehyun rutin mengunjungiku."
Jawaban yang normal. Taeyeon hanya mewanti-wanti, mungkin saja Soohyun mengatakan hal tidak perlu pada Jisoo.
"Apa semuanya normal? Tubuhmu tidak ada yang sakit?"
Jisoo tersenyum dan menggeleng.
"Lain kali, aku ingin ikut membantu di dapur."
Jennie tersenyum dengan maksud menggoda. Kelihatannya Jisoo benar-benar serius tentang hubungannya dengan seorang pria.
"Wauw, selain menjadi kekasih yang baik, Jisoo unnie juga ingin menjadi istri yang bisa memasak untuk suaminya."
Taeyeon tersenyum dengan mata mengatakan hal lain. Apa hal yang sedang begitu mengganggu Jisoo? Bagaimana reaksi marah dengan maksud bercanda yang Jisoo berikan sebagai respon atas celetukan Jennie itu bisa begitu murni, seolah memang tidak ada yang sedang begitu menekan Jisoo.
Selesai mengomeli mulut Jennie yang tidak bisa diatur Jisoo kembali pada mode lebih serius.
"Aku mendapat tiket liburan ke Ceko dari atasanku. Aku pergi dua hari lagi."
"Apa itu benar-benar liburan? Eomma tau kau saja sebenarnya tidak ingin pergi ke mana-mana. Kau tidak butuh liburan."
Jisoo seratus persen tidak akan menyangkal. "Sebenarnya itu memang bukan seratus persen liburan. Aku akan melakukan survei keadaan perusahaan senjata yang akan melakukan kerja sama dengan industri pertahanan negara kita."
"Ada banyak orang lain yang bisa melakukannya, kenapa harus kau yang jelas-jelas sedang cuti?"
Jisoo sangat memahami pertanyaan Taeyeon itu bermaksud menghentikannya pergi. Meski berat, Jisoo sudah memutuskannya.
Melihat Jennie hendak angkat suara, Jisoo segera menyela. "Ini hanya sebentar dan aku tidak ingin mengajak siapa-siapa." Tatapan Jisoo berakir pada Jennie, begitu yakin Jennie akan mengajukan diri untuk menemani.
Jisoo kembali menatap ibunya, dengan lebih meyakinkan dan tulus. "Aku hanya pergi dua hari, setelah itu tidak akan pergi ke mana-mana lagi."
"Seperti katamu, itu hanya dua hari, dan kau hanya ditugaskan untuk survei tempat, Eomma dan Jennie akan ikut denganmu. Kita belum pernah liburan bersama sebagai keluarga."
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...