20. Slander

218 46 3
                                    

Jisoo hanya mengikuti sampai Seulgi dimasukkan ke salam ambulance. Dia tidak berencana ikut masuk ke dalamnya.

"Nona, Anda mengenalnya, sebaiknya Anda ikut ke rumah sakit."

"Aku akan menyusul." Jisoo menghampiri salah seorang polisi. Sedikit membungkuk padanya. "Di lantai tujuh ada orang-orang Goseung yang diduga Lee Soohyuk. Mereka akan dijadikan bahan eksperimen, tidak pernah diculik Lee Soohyuk atau kelompoknya."

Setelah laporan singkat itu, Jisoo berjalan menuju mobil yang sebelumnya dikendarai Seulgi.

Jisoo duduk di kursi kemudi. Menatap kursi di sampingnya, tempat tas perlengkapan Seulgi menyandar. Jisoo tahu betul, yang terjadi pada Seulgi itu karena kelemahan Jisoo, kegagalan Jisoo untuk mengendalikan diri, yang justru berakhir dengan Seulgi mempertaruhkan nyawa untuknya, padahal seharusnya sebaliknya. Banyak orang terluka karena dia sering salah mengambil keputusan.

Jisoo memandang flashdisk di tangannya. Menyimpannya ke dalam tas Seulgi.

Benarkah menurutmu kinerjaku menurun?

"Kau harus bertanya pada orang yang bisa dipercaya dan lebih berpengetahuan."

Itu sebabnya aku bertanya padamu.

"Seharusnya kita tetap butuh cairan biru itu, tapi aku yakin begini saja juga tidak masalah. Kau masih seperti biasanya." Jisoo melihat ke arah Jennie, yang kelihatannya sedang mencari-cari dirinya.

Jisoo mencari ponsel Seulgi di dalam tas, beruntung memang ada di sana.

Meski sudah tersambung, Jisoo terdiam beberapa saat.

"Sepertinya ... aku tidak bisa pulang malam ini. Aku menelepon agar Eomma tidak khawatir atau menungguku. Ada ssesuatu yang harus kulakukan."

"Ada apa? Kau baik-baik saja? Ada di mana? Jennie pergi dengan ayah kalian dan belum pulang."

"Tuan Nam-gil. Aku akan berusaha menemukannya. Eomma jangan sampai melewatkan check up rutin Eomma. Selalu prioritaskan kesehatan Eomma."

"Bukankah kau akan ikut menemani Eomma kali ini?"

"Aku tidak akan mengkhianati Eomma seperti Appa, Soohyun appa. Selamat malam." Bersama kedua lengannya, Jisoo kepala Jisoo menyandar pada kemudi mobil.

"Nona Jisoo, kami butuh pernyataan Anda, bisakah Anda ikut kami ke kantor?"

Kepala Jisoo terangkat, tatapannya menuduh. "Ayahku yang minta?" 

Keterdiaman beberapa detik polisi itu sudah cukup untuk Jisoo.

"Boleh aku ke rumah sakit dulu?"

"Anda harus ikut dengan kami."

Jisoo menghidupkan mesin mobil dan menancap pedal gas. Jika tidak berakhir di kantor polisi sebagai tersangka, Jisoo akan bertemu Tae-soo dan mau tidak mau bertekuk lutut padanya. Jisoo tidak ingin keduanya. Tae-soo punya segalanya untuk membalik keadaan ini. Kemungkinan besar, perlawanan Jisoo ini akan membuatnya dalam kesulitan.

Jalan satu-satunya, kau akan kembali pada Lisa. Kau akan kalah sia-sia kalau sendirian.

"Kalau memang akan berakhir begitu, aku akan membiarkan Lisa yang melakukannya. Semua akan lenyap bersamaku."

Boleh aku berkomentar?

Jisoo mendengus dengan senyum setengah.

Koo Jisoo, Han Jisoo, Yoon Jisoo, Oh Jisoo, mungkin jalan terbaik adalah dengan menempatkan dirimu hanya sebagai Jisoo. Akan ada lebih banyak kehilangan kalau kau masih tidak tegas. Keyakinanmu selalu abu-abu. Tidak putih dan tidak hitam. Seperti kau berusaha keras menyembunyikan fakta bahwa Lisa masih hidup, tetapi juga tidak mendukungnya. Seperti ketika kau ingin melindungi Seulgi, tetapi tidak langsung melumpuhkan Han Tae-soo.

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now