19. Stab

202 41 2
                                    

Jisoo tiba di Youth. Kobaran api dari lantai 23 terpantul di matanya. Mobil Seulgi berganti menjadi objek yang dia pandang.

Kakinya kembali menginjak pedal gas semakin dekat dengan gedung Youth. Jisoo tidak yakin apa yang akan dihadapi ketika dia juga melihat mobil Tae-soo di sana.

Mobil Jisoo sudah berhenti. Tangannya memegang erat setir kemudi, menormalkan nafas menenangkan diri.

Seseorang mendekat, dari arah jam tiga.

Jisoo menengok, lalu keluar dari mobil.

"Jennie, kenapa ke sini?" Jisoo memegang pundaknya. Memeriksa bagian mana pun tubuh Jennie yang bisa dijangkau matanya.

"Aku ke sini dengan Appa. Appa ada di dalam. Kalau Unnie mau masuk, aku ingin ikut."

"Apa? Kenapa kau bisa ke sini dengan Appa? Lupakan. Aku akan masuk. Kau tetap di sini."

"Tapi, bagaimana kalau terjadi sesuatu?"

"Sesuatu apa? Aku akan mengajak Appa pulang. Tidak akan terjadi apa-apa. Di sini tempatnya orang membuat penemuan baru, bukan yang lainnya."

"Unnie bilang begitu karena Yoon Taehyun itu ayah Unnie, kan?"

Tangan Jisoo melonggar di bahu Jennie.

"Unnie harus melihat, orang itu sudah kelewatan. Sampai saat ini, kau masih menjadi kelinci percobaannya. Entah apa yang terjadi pada Appa."

"Appa yang memberitahumu?" Jisoo tidak melakukan aktivitas berat, tetapi nafasnya kian memburu.

"Kenapa itu penting?"

"Kau benar, itu tidak penting. Yang penting sekarang, aku akan masuk, dan kau tetap di sini. Berjanjilah kau tidak akan masuk ke dalam."

"Berjanjilah Unnie akan keluar dengan Appa."

Jisoo memandang mata Jennie dan mengangguk saksama. "Hubungi bantuan, masuk ke mobil, dan tunggu sampai bantuan datang."

Jisoo memasuki Youth, menuju lantai di mana api itu berasal. Pertanyaan dan anggapan bertarung di kepalanya. Tae-soo mengajak Jennie, hanya Jennie, daripada memilih pilihan yang lebih rasional seperti polisi atau penjaganya untuk menggerebek tempat ini. Mungkin itu bukan poin pentingnya dan bisa diabaikan(?)

Jisoo sampai di dekat ruangan yang terduga sebagai pusat api dan masalah saat ini. Langkahnya semakin cepat. Pintunya terbuka, tetapi sepi dan sunyi. Jisoo juga belum menemukan keberadaan Seulgi.

Ketika memasuki mulut ruangan, mata Jisoo berkeliling menemukan banyak hal. Ruangan itu panas oleh api dari terbakarnya hampir seluruh peralatan di sana. Tae-soo dengan wajah berhiaskan lebam dan bercak darah berdiri bersama pistol mengarah ke Soohyun yang tergeletak tidak bergerak.

Cukup jauh dari Soohyun, Jisoo melihat Seulgi terbaring.

"Jisoo ...."

Jisoo tidak peduli apa pun, termasuk panggilan Tae-soo yang mungkin bermaksud menjelaskan situasinya.

Jisoo menghampiri Seulgi. Melihat darah di dahinya, sebercak lagi di sudut bibirnya.

"Seulgi." Jisoo sedikit lega melihat kelopak mata Seulgi bergerak pelan hendak terbuka.

Seulgi samar-samar dapat melihat wajah yang dia dambakan kedatangannya.

"Jisoo." Seulgi segera duduk, mengesampingkan kepalanya yang pusing. Wajahnya membuahkan kecemasan besar.

"Ayahmu--"

Sentakan rasa sakit Jisoo rasakan di lengan atasnya sepersekian detik sebelum suara tembakan bersusulan. Jisoo menarik dan membalik meja besi terdekat sebagai perlindungan.

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now