Dua hari kemudian, Jisoo tiba di Praha bersama Taeyeon dan Jennie. Suasana hati Jisoo sangat baik hari ini, atau mungkin Jisoo hanya berusaha begitu, itulah yang terpampang di wajahnya.
Berjalan bersama di lorong menuju apartemen mereka, Jisoo merasa berkewajiban membawa barang-barang lebih banyak dari ibu dan adiknya.
"Kita akan makan malam di Prague-boats malam ini. Besok aku akan melakukan survei. Itu sesuatu yang harus kulakukan sendirian. Setelah itu ...." Jisoo menahan sebentar kalimat yang hendak dia ucapkan. "Setelah itu, kita bisa jalan-jalan atau berbelanja sebelum pulang."
"Kau yakin hanya itu? Sejak datang kemari, aku dan Eomma merasa kau selalu merahasiakan sesuatu dari kami. Apa itu sesuatu yang benar-benar tidak boleh kami ketahui sebagai warga negara biasa? Atau itu adalah sesuatu yang benar-benar tidak boleh kami ketahui sebagai keluargamu?"
Jisoo tersenyum dengan perasaan takjub, tidak hanya pada Jennie yang melontarkan pertanyaan lengkap dan sangat jelas, tetapi juga untuk Taeyeon yang Jisoo rasa semakin berjarak dengannya. Sejak pelukan kedatangan Jisoo waktu itu, hampir tidak pernah ada lagi kontak fisik antara Jisoo dan Taeyeon.
"Hanya kau yang merasa begitu. Sudah-sudah, jangan buat suasana jadi selalu tegang. Kita sedang liburan. Kita akan bersenang-senang. Sore ini kita akan jalan-jalan sebentar, lalu makan malam di Prague-boats, oke?" Jisoo merangkul bahu ibunya lalu menariknya agar lebih dekat.
Jisoo ingin mengungkapkan, dia tidak perlu kata-kata untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah dari lama kembali merasa bersyukur memiliki Taeyeon sebagai ibunya. Selain itu, rangkulan itu juga berdasarkan alasan lain yang tidak bisa Jisoo ungkapkan.
Mungkin Jisoo perlu tahu satu hal, beberapa orang juga perlu kata-kata sebagai afirmasi.
___________________
Keesokan paginya, selesai sarapan bersama, Jisoo sudah siap pergi.
Rencanamu itu buruk, Jisoo.
Sudah berulang kali Jisoo mendengar Veronica memberikan komentar serupa.
Melewati dapur, Jisoo melihat Taeyeon dan Jennie kembali sibuk di dapur. Padahal mereka baru saja selesai sarapan.
Jisoo mendekat untuk mengintip apa yang sedang mereka buat. Jisoo lihat mereka sedang memanggang beberapa biskuit dan membuat adonan. Jisoo heran, padahal kan dia sudah pernah bilang kalau dia ingin membantu di dapur lain kali, tapi Jennie dan Taeyeon tetap melakukan pekerjaan dapur ini tanpanya.
"Wah, ada Rosé juga di sini?" Jisoo mendekat berjabat tangan dengan gaya bestie, seolah mereka memang cukup dekat.
"Apa kabar, Unnie?"
"Tidak pernah lebih baik dari ini."
Mereka bahkan berpelukan. Itu membuat Jennie heran.
"Sejak kapan itu terjadi?"
Rosé dan Jisoo bersamaan menatap Jennie.
"Rosé sering menjadi relawan di beberapa medan, jadi kami bertemu beberapa kali."
Bukan hanya itu yang membuat hubungan Rosé dan Jisoo jadi lebih dekat.
Sekarang Rosé menjadi seorang dokter, menghidupkan mimpi kakaknya yang telah tiada. Rosé akan terus mengingat bagaimana kakaknya meninggal, dan siapa dugaan tersangka atas pembunuhan kejam itu.
Kebanyakan pembicaraan Rosé dan Jisoo adalah pembahasan mengenai Léviosa. Sejauh ini, Jisoo mengetahui, Léviosa memang berpusat di Praha, tapi bukan berarti tidak ada di negara mereka. Jisoo tidak pernah berjanji pada Rosé untuk mencari tahu lebih banyak tentang Léviosa. Jisoo hanya akan memberitahu kalau memang dia mendapat info terbaru.

YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...