Pagi itu cuaca sangat dingin. Seperti hari-hari aktif di musim dingin biasa, Jisoo dan Lisa berangkat sekolah bersama, dengan jalan kaki.
"Lisa, lihat." Jisoo membuka mulut, menghembuskan nafas melalui mulutnya.
"Kau lihat?"
"Semua orang juga bisa kalau hanya begitu, Unnie." Lisa mencoba hal serupa.
"Unnie lihat, kan?"
"Tidak." Jisoo menggeleng meski sebenarnya dia melihat bekas hembusan nafas Lisa dengan jelas.
Lisa mencoba lagi dan Jisoo lagi-lagi menjawab tidak.
"Sini mendekat." Lisa menarik Jisoo lebih dekat.
Lisa memegang wajah Jisoo agar mereka tetap berhadapan. Dalam satu hembusan yang panjang, Lisa mengarahkan mulutnya yang mengeluarkan nafas naga ke wajah kakaknya.
Jisoo reflek mendorong wajah Lisa yang kurang ajar.
"Mulutmu bau jigong."
Lisa sangat puas. "Itu salah Unnie yang suka bohong."
Jisoo sungguh tidak bohong saat mengatakan bahwa mulut Lisa itu benar-benar bau.
Selanjutnya hanya hawa dingin dan suara langkah yang menemani mereka.
"Untung aku sangat menyayangimu. Jangan tinggalkan aku, ya."
"Kenapa tiba-tiba Unnie bilang begitu?"
"Appa mengatakan suatu hari aku pasti akan ditelantarkan."
"Jangan percaya ucapan Appa. Dia hanya takut ditelantarkan sendirian. Eomma saja sangat menyayangi Unnie, bahkan kadang aku merasa Eomma lebih menyayangi Unnie daripada aku."
Jisoo terbangun, merasakan nyeri begitu menusuk di lehernya. Rintihannya mengundang Taeyeon berwajah lebih khawatir.
"E-eomma ...."
Itu menahan Taeyeon untuk bisa lebih dekat. Jisoo tidak pernah berubah. Selalu ibunya yang pertama kali dia panggil, meski dia sudah 27 tahun saat ini.
Jisoo meraba leher kirinya yang dibalut perban. Matanya menatap langit-langit mencoba mengingat apa yang terjadi.
Selamat datang kembali, Jisoo.
Jisoo bisa melihat Taehyun berdiri di samping Taeyeon. Sudah pasti dia masih butuh bantuan Taehyun untuk bisa bangun dan kembali pada kenyataan.
Manik Jisoo sekarang hanya sampai pada wajah ibunya. Jisoo memahaminya sekarang. Dia membuang begitu banyak tahun untuk sampai pada pemahaman ini.
"Dokter bilang tidak ada kerusakan yang sangat fatal." Taeyeon maju lebih dekat. Mengusap wajah Jisoo. "Kau hanya pergi beberapa saat dan sudah seperti ini. Kau bilang hanya melakukan survei, lalu kenapa bisa sampai begini? Kenapa kau selalu saja membuatku merasa khawatir?"
"Maaf." Jisoo menatap ibunya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Kemudian menoleh ke arah pintu saat merasakan kehadiran seseorang.
Jisoo sedikit heran bisa menemukan Tae-soo di sini.
"Tuan Tae-soo juga ada di sini?" Dalam balutan suaranya yang masih serak Jisoo bertanya. Berniat segera bangkit dari tempatnya terbaring.
Tae-soo memberi isyarat agar Jisoo diam saja di tempat.
"Kenapa kau terkejut? Putriku sampai seperti ini, apa aku akan diam saja?"
Jisoo diam dan beralih pandang menatap ujung brankar. Dia menggigit bibir bawah merasa tidak bisa menahannya lagi.

YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...