22. Divider

248 41 7
                                    

"Lisa, kau yakin kakakmu tega melakukan itu pada Lili?"

"Dia bukan kakakku, dia Han Jisoo." Lisa duduk di kursinya. Menatap kosong pintu ruangannya yang tertutup.

"Tidak ada salahnya mendengarkannya. Dia bilang punya buktinya. Kau yakin tidak akan menyesal? Kau rela kakakmu mati di sini?"

Lisa berdiri menggebrak mejanya. "Sudah kubilang dia bukan kakakku! Dia Han Jisoo yang rela melakukan apa pun untuk keluarganya."

"Lalu, kenapa kau berdiam di sini? Dia bukan kakakmu. Dia Han Jisoo yang rela melakukan apa pun demi keluarganya. Dia bahkan berbuat kejam pada Lili. Aku tidak melihat halangan, lalu kenapa kau diam di sini? Seharusnya kau yang paling ingin membunuhnya."

"Bahkan air matamu sangat setia, mereka tidak keluar tanpa seizinmu."

Mata Lisa memerah menahan sakit hati dan ketidaktegaannya di saat bersamaan. Kenapa situasi seperti ini terus datang padanya?

"Dia tidak datang sejauh ini hanya untuk mati, Lisa."

Lisa membuka pintu ruangannya penuh kemarahan pada dirinya sendiri. Berdiri membisu melihat kakaknya kini terbaring. Genggamannya merapat menahan air matanya.

"Berhenti." Lisa lihat Seung-hyun tidak akan menurut padanya. Dia memberikan tembakan meleset sebagai peringatan.

Lisa mendekat setelah berhasil menghentikan Seung-hyun. Membuka genggaman tangan Jisoo tanpa menatap wajahnya. Lisa merasa sudah cukup menunjukkan rasa kasihannya. Ini hanya kasihan. Hubungan persaudaraannya dengan Jisoo berakhir ketika mereka remaja.

"Gabungkan dia dengan Kim Nam-gil. Jangan ada yang menyentuhnya setelah itu." Lisa beralih menatap Seung-hyun. "Samchon, ikutlah denganku."

Di lain pihak, Suho berjalan cepat menuju tenda Sung Chaewon. Setiap langkahnya begitu teguh tanpa keraguan sedikit pun.

Suho melemparkan beberapa kertas yang disatukan dalam balutan cover begitu rapi dan tebal. Dia duduk di depan meja kolonelnya tanpa lagi ada rasa menghormati di wajahnya.

"Itu adalah bukti kau menerima suap, dan juga ada rekam mutasi dari banyak rekening yang nyatanya adalah milikmu. Aku akan melaporkan ini ke kementerian, atau kau bisa mengundurkan diri dan menyerahkan kasus Lee Soohyuk ini padaku."

"Apa yang sedang kau bicarakan, Kapten Joo Suho?"

"Serahkan kasus Lee Soohyuk padaku. Keluarlah dari militer. Jangan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada kita. Aku yakin semua uang itu sudah cukup untuk menanggung biaya seumur hidupmu. Haruskah aku memaksamu dan membuatnya jadi tidak tersisa apa-apa selain hukuman?" Suho beranjak, berhenti di depan pintu tenda. Memberi isyarat pada kru-nya agar masuk ke sana.

Suho berdiri tepat di samping Sung Chaewon. "Katakan kalau aku akan menggantikanmu."

Tidak sepatah kata pun keluar dari Sung Chaewon meski semua awak telah berkumpul di sana.

Semua tentara di sana berdiri tegap dengan hati bimbang ketika kolonel mereka memilih meninggalkan ruangan tanpa penjelasan.

"Semuanya bersiap. Kita akan menggerebek markas mereka. Keamanan Kota Seoul, tidak, keamanan dan kedaulatan negara, ada di tangan kita!"

Melihat mereka pergi untuk bersiap, Suho memasang earbuds, juga menuju mobilnya.

Tangan kanan Lisa menggenggam kuat melayangkan pukulan penuhnya melantak wajah Seung-hyun. Meski sekelumit ujung bibirnya terobek, pukulan itu hanya terasa seperti sentilan bagi Seung-hyun yang wajahnya kembali tegap.

Lisa menjambak kemeja pria bermata tajam itu hingga salah satu kancingnya terlepas. Setiap pukulan Lisa mendarat di tempat sama, bahkan meski Seung-hyun kini terbanting miring dan demi kewibawaan menahan rintihan.

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now