17. Claret

210 35 5
                                    

"Siap?"

Jisoo menarik nafas dalam-dalam. Melihat jarum suntik itu tidak semengerikan sekelebat ingatan rasa sakit yang lagi-lagi akan dia rasakan.

Jisoo mengangguk meski ragu.

Sekujur tubuh Jisoo menegang ketika jarum menusuk kulitnya dan seluruh cairan itu masuk. Lengan dan kakinya yang terikat di brankar sangat membatasi gerakannya. Jisoo menggeliat hingga uratnya terlihat. Teriakannya tetap keluar meski sudah sebisa mungkin berusaha menahan. Berusaha keras membuka matanya, melihat dunia sekitarnya berkunang-kunang jadi dua, lalu semua menggelap.

"Letnan Satu."

Jisoo duduk lebih tegak dan mengalihkan pandangan serta pikirannya pada Sung Chaewon.

Semua orang menatap Jisoo dan hanya diam.

"Ya?"

"Jadi, apa yang akan kita lakukan?"

Jisoo menatap Suho, lalu kembali menatap Sung Chaewon karena yakin Suho juga tidak bisa membantunya.

"Kita akan ... kita harus meminta pihak kepolisian segera mengumumkan hukuman untuk Lee Soohyuk, dengan begitu anak buahnya pasti akan bergerak. Kita harus membuat mereka bergerak untuk tau di mana mereka. Kita tidak bisa hanya diam di sini."

"Wahh, ide yang bagus. Kenapa kau tidak berdiri saja menggantikanku di sini?" Chaewon berjalan berdiri tepat di belakang kursi Jisoo. "Letnan Satu, mungkin kau lupa kalau mereka juga punya sandera. Orang-orang Goseung masih belum ditemukan."

Jisoo berdiri, melimpahkan seluruh beban terpendamnya pada forum ini. Dia berbalik dan menatap lurus pada mata Sung Chaewon.

"Lantas Anda ingin kami berbuat apa? Kita sudah tiga hari di sini, apa yang kita dapatkan? Menggiring anjing, mencari peledak, menonaktifkannya, menurut Anda itu cukup? Kerahkan semua orang, periksa setiap sudut tempat ini, temukan markas mereka! Kita berjalan sangat lambat."

"Aku yang membuatnya begitu? Menurutmu aku tidak menganggap serius masalah ini? Aku mengkhianati negara dan membantu Lee Soohyuk?"

"Sejak awal Anda tidak mengatakan yang sebenarnya tentang Lee Soohyuk, Anda sangat mengulur waktu. Kita harus mencari tempat orang-orang itu disandera. Seharusnya sejak awal kita fokus pada hal itu, dan hanya itu. Kami, tidak, aku pantas merasa curiga."

"Letnan Satu, yang bertemu Lee Soohyuk di Praha itu aku atau kau? Kenapa dia ingin menemuimu? Kenapa harus kau? Bagaimana dia bisa menghubungimu? Aku lihat tidak ada jejak komunikasi apa pun dengan Lee Soohyuk di ponsel lamamu. Menurutmu aku tidak punya alasan untuk mencurigaimu juga?" Sung Chaewon maju lebih dekat dengan Jisoo, supaya dia bisa berucap tanpa didengar yang lain.

"Ada chip di otakmu. Kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Harusnya kau bisa memanfaatkan itu dengan baik. Apa itu justru membuatmu jadi arogan? Nyatanya kau sangat bodoh, kau tau itu?"

Tatapan Jisoo lebih tajam, nafasnya berhembus menjadi satu-satunya yang terdengar.

"Tetap di sini tidak ada gunanya. Aku keluar dari sini." Jisoo melakukan yang dia katakan. Sempat mendengar suara gerakan Suho yang hendak menghentikan tetapi kalah dengan perintah Sung Chaewon.

"Han Jisoo, tinggalkan senjata dan seragammu di tendamu."

Saat keluar dari tenda pertemuan, ada Seulgi yang menantinya.

"Kang Seulgi, aku pinjam bajumu."

Seulgi mengikuti langkah Jisoo yang cepat.

"Kita mau ke mana sekarang?"

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now