Jisoo bersama Suho dan kedua rekan mereka memeriksa setiap senti ruangan itu. Cukup memakan waktu untuk menemukannya. Sesuatu yang membuat nafas Jisoo sekali lagi diputus secara paksa.
Itu sebuah kartu pipih dari logam, tidak begitu besar. Lilac. Jisoo pernah mendengarnya. Tidak akan lupa. Dia mengingat hari pertama dia kembali menatap mata Lisa.
Jisoo meraihnya cepat-cepat, seolah dia mencurinya. Jisoo tahu ini salah. Dia mengkhianati kepercayaan banyak orang.
Lisa memang berniat menantang mereka. Dia ingin dikenal dan diketahui sebagai penghukum orang yang jahat padanya, yang tidak diadili secara hukum.
Namun, mungkin tidak seperti itu yang sebenarnya. Lisa ingin orang-orang yang jahat itu merasakan ketakutan yang mencekik sebelum mereka mati. Dia ingin mereka tahu kesalahan mereka di masa lalu itu, sekarang menuju pada mereka dalam wujud kematian.
Jisoo sadar dia tidak boleh seperti ini. Dengan menyembunyikan kartu tadi, dia akan sangat menghambat atau bahkan menyesatkan proses penyelidikan.
"Kelihatannya tidak ada apa-apa di sini. Maaf membuat kalian bertiga kembali ke sini." Suho menatap ketiga rekannya termasuk Jisoo.
Suho melanjutkan. "Kolonel baru mengabariku kalau kita tidak bisa membawa Lee Soohyuk ke markas. Kita tidak diizinkan menyelidiki kasus ini secara lepas dari kepolisian. Jadi tetap pihak kepolisian yang akan menyelidiki kasus ini secara intensif, dan kita akan menerima setiap perkembangan kasusnya. Kurasa kita harus ke markas sekarang. Masih ada banyak yang harus kita lakukan. Ledakan pertama memang di Goseung. Tim lain sedang mempercepat proses evakuasi."
Jisoo menatap Suho sebagai pelontar kalimat-kalimat tadi. Suho menyadari itu. Dia harus segera memberi penjelasan lebih.
"Namun, karena kita sudah di sini, bagi kalian yang rumahnya di sekitar sini dan mungkin belum sempat berpamitan sebelum berangkat, kalian bisa pulang sebentar dan mengabari keluarga kalian kalau kalian harus pergi, terutama bagi kalian yang seharusnya cuti saat ini. Karena lebih baik mengatakan hal seperti ini dengan bertemu langsung, kita tidak tau berapa lama akan berpisah dengan mereka."
"Terima kasih, Kapten."
Ketika kedua rekan mereka pergi, Jisoo menatap Suho dengan melipat tangan di depan dada.
"Yahh mau bagaimana lagi, kurasa aku sudah termasuk ke dalam golongan suami takut istri."
"Pertahankan itu, Kapten Joo Suho."
"Haruskah aku mengantarmu?"
"Kau mau membuat Sung Chaewon membunuhku? Kurasa kau tentara favoritnya. Berhati-hatilah."
Ke luar galeri, Jisoo menghentikan taksi. Jisoo tidak menuju langsung ke rumahnya. Dia harus ke tempat lain.
Lee Soohyuk sengaja mengirimkan pesan itu padanya. Mereka sengaja mengundangnya agar datang ke galeri, artinya Lisa pasti juga sudah memperkirakan Jisoo akan datang ke galeri.
"Pemakaman umum Seoul."
_____________________
Dari balik gapura makam, Lisa puas melihat Jisoo memasuki area pemakaman. Lisa sekarang sangat menyadarinya. Kepandaian Jisoo tidak pernah berkurang. Seharusnya Lisa sadar, itu juga berarti kalau kakaknya masih sangat memahaminya.
"Kurasa hanya inilah satu-satunya penghubung kita sekarang."
Jisoo berbalik mendengar suara itu. Nada suara dan gaya bicara itu belum juga berubah.
Jisoo membuang kartu perak yang bertuliskan Lilac tepat di depan Lisa.
"Makam Eomma? Apa kau tidak sadar kau sudah terlalu jauh? Kau lupa siapa ibumu? Apa saja yang dia ajarkan? Kupikir aku masih bisa menarikmu, agar kembali dekat denganku. Kau puas dengan pembalasan pertamamu? Kau ingin Rosé merasakan apa yang kau rasakan? Apa salah Rosé dalam hal ini--"
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...