Jisoo kembali ke perbatasan masuk Goseung. Dia menemukan Suho berdiri menunggunya tepat di samping penanda pembatas kota.
Jisoo turun dari mobil yang dia pinjam dari orang tua Seulgi. Menggunakan mobil departemen akan memudahkan orang-orang yang mencarinya.
"Hai, aku sudah dengar beritanya. Kau tidak mungkin pulang. Kau beli mobil dan pakaian baru?"
Jisoo mendekat bertumpu memeluk Suho. Lantas mendongak menatap wajah Suho lamat-lamat seakan kebohongan sekecil butiran debu pun akan bisa dia tangkap kalau memang ada di sana.
"Menurutmu aku bisa menyelesaikan ini? Apa kau masih percaya padaku? Atau kau percaya yang mereka katakan?"
Tangan Suho bergerak menangkup kedua pipi Jisoo. Tersenyum menatapnya penuh keyakinan.
"Kenapa aku harus percaya kalau kau minta Lisa dilepaskan? Kita saja belum menangkapnya, kau bahkan tidak tau di mana dia. J-key, kau satu-satunya yang bisa menyelesaikan ini. Kenapa ayahmu sampai membuat pernyataan seperti itu?"
"Dia ingin para tentara memakai chip seperti yang ada di otakku. Dengan chip itu mereka bisa tau apa yang kupikirkan, mungkin nanti juga bisa mengendalikan apa yang kupikirkan dan harus kulakukan. Untuk itu mereka harus melakukan eksperimen. Mereka melihat kasus Lee Soohyuk bisa menguntungkan. Mereka menculik orang-orang Goseung untuk eksperimen. Semalam aku berencana menemui Tuan Taehyun karena aku harus memastikan sesuatu, tapi aku juga harus bertemu Lisa. Seulgi pergi ke sana sementara aku bertemu Lisa. Saat aku sampai di sana, aku tau yang sebenarnya, yang tidak pernah kuharapkan. Aku melihat Tuan Tae-soo di sana. Dia dalang di balik eksperimen itu. Kurasa Tuan Taehyun sudah berhasil dengan eksperimennya, kurasa dia sadar kalau itu salah ...."
"Dan ayahmu harus membungkam kalian, tapi tuduhan itu hanya tertuju padamu. Bagaimana ayahmu membuat Tuan Taehyun dan Seulgi tetap tutup mulut hanya dengan itu?"
Jisoo hanya diam, perlahan memisahkan diri dari Suho. "Kau bilang ada yang harus kulihat, apa itu?"
"Lisa salah paham padamu. Terekam siapa pelaku aslinya. Sudah kusalin ke flashdisk, tapi kalau kau ingin melihat, aku bawa laptopku."
"Kurasa aku tidak tau harus menggunakan ini untuk apa atau harus ke mana."
Suho menarik Jisoo agar lebih dekat padanya. Membalik tubuh Jisoo sehingga Suho kini memeluknya dari belakang.
"J-key, aku sangat percaya padamu. Ada rekaman lain dalam kamera itu. Aku hanya takut mengatakannya padamu, karena kau pasti akan mengusahakan segalanya untuk Lisa. Kau bahkan akan melawan seluruh dunia untuknya. Oleh karena itu ...."
Jisoo menangkis tangan Suho demi menghalangi sehelai kain terlipat yang hampir membekap hidungnya. Selama itu tangan Jisoo yang lain menarik pistol dari pinggang Suho, mendorong, dan menodongnya.
Manik Jisoo memerah terluka. "Bahkan kau?"
Kedua tangan Suho terulur berniat menenangkan. "Percayalah, ini hanya caraku untuk menyelamatkanmu. Ayahmu tidak akan pernah menyakitimu. Berikan saja apa yang dia minta. Kita bisa memikirkan cara lain untuk mengungkap karakter aslinya nanti. Untuk saat ini berikan saja padanya. Kita bukan siapa-siapa dan sekarang ... kau dikejar semua orang sebagai penjahat—"
"Aku tidak peduli!" Jisoo berusaha menenangkan batin dan perasaannya. "Berikan laptopnya."
"J-key, mengertilah. Pahamilah aku, aku ingin kau tetap aman. Lisa tidak membutuhkanmu. Dia tidak butuh bantuanmu. Kau tidak perlu berlawanan dengan kami untuk menyelamatkan Lisa. Kita akan bernegosiasi dengannya. Dia punya rudal, maka kami tidak punya pilihan lain selain mencoba bernegosiasi dengannya."
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...