15. Inconvenient

210 38 3
                                    

Bibir Lisa setengah tertarik. Dia berjalan menyusuri rak mall dengan langkah biasa, harus mengantri di kasir, tetapi hatinya merasa begitu bersemangat. Dia begitu dekat dengan penyebab hatinya bisa segembira sekarang.

"Ahjumma, biar kubantu membawanya." Lisa membungkuk, berniat membawakan belanjaan wanita itu.

"Oh, tidak perlu, terima kasih. Ini ibuku. Aku akan membantunya."

Lisa mendongak menatap wajah wanita muda itu. Han Jennie. Benar-benar tidak menyangka hari ini akhirnya tiba. Wajah itu terlihat cerah dan bahagia, bahkan terlalu.

Lisa berdiri, tersenyum, dan membiarkan mereka melewati pintu keluar mall.

Hidup mereka sangat aman, dan damai. Mereka berdua saling tersenyum pada satu sama lain, setelah merenggut kesempatannya untuk bisa melakukan hal serupa. Lisa rasa mereka sedikit keterlaluan kalau lupa pada wajahnya dan bisa melanjutkan hidup dengan bahagia. Pantas saja Jisoo meninggalkannya. Siapa yang bisa jauh dari hidup sempurna seperti ini?

Lisa melangkah lebih cepat menapaki keramik parkiran yang sepi, hingga kedua ujung pistolnya bisa menempel di punggung mereka.

"Aku yakin kau butuh bantuanku. Bisa kita pergi dengan tenang?" Lisa bernafas di telinga mereka.

"Kau siapa? Apa maumu?" Jennie memegang erat-erat lengan ibunya.

Lisa tertawa, hampir saja tidak terkendali. Dia mundur, menjauhkan diri juga pistolnya dari mereka. Memberi ruang mereka supaya berbalik dan bisa melihatnya.

"Lihat baik-baik. Jangan lupakan aku. Jangan kecewakan aku." Ekspresi Lisa berubah menatap mereka lebih tajam.

"Tuan Tae-soo menabrak ibuku." Semua ucapan Lisa keluar sangat lembut. "Aku Koo Lisa."

Taeyeon menarik tangan Jennie supaya mundur ke belakangnya. Pistol itu jelas sebuah ancaman.

"Iya, aku anak yang itu. Kelihatannya kau sudah ingat. Terima kasih." Lisa sangat senang. Bahkan mungkin dia terlalu antusias. Sampai rasanya sulit mengendalikan dirinya.

"Larilah, Jennie-ya."

"Tidak, tidak, tidak. Jangan lakukan itu. Aku bersumpah jangan lakukan itu. Tapi, ya, kalian memang harus takut padaku. Panggil saja kakakku, sial, maksudku kakakmu. Han Jisoo. Aku ingin dia melihat ini. Tolong panggil dia."

Itu tidak akan terjadi.

Taeyeon rasa anak itu sudah gila sekarang. Dia tidak akan membiarkan Jisoo sampai ke sini.

"Jangan panggil kakakmu, Han Jennie, lari--"

"Yaa! Kau pikir aku tuli? Apa kau tuli? Kau pikir aku akan membiarkannya lari?! Nyonya Taeyeon, ke mana hilangnya sifat kejammu?"

"Han Jisoo!" Lisa sendiri yang berteriak memanggilnya.

"Ayo kemari, Han Jisoo! Giliranmu sudah tiba! Sekarang saatnya kau merasakannya."

"Jisoo-ya!!" Lisa menutup mulutnya yang terbuka dengan kedua tangannya yang masih memegang pistol. Jisoo akhirnya datang. Terengah-engah, dan ketakutan.

Senyum Lisa melebar, dan semakin bangga dengan dirinya sendiri. Dia berhasil membuat goncangan sebesar ini pada raut wajah Jisoo. Lisa yakin ini akan menjadi momen yang luar biasa.

"Lisa, jangan lakukan itu. Aku memperingatkanmu."

Kalimat Jisoo itu rasanya membuat Lisa ingin tertawa. Seolah Jisoo masih bisa menemukan Lisa ketakutan. Tidak ada yang menakuti Lisa sekarang. Dia tidak takut kehilangan apa pun.

"Kau hanya bisa merasakan penderitaan seseorang ketika kau mengalami langsung penderitaan orang itu. Kau mengutuk perbuatanku, tapi aku tidak yakin kau tidak akan membunuhku setelah ini."

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now