25. Mad Girl

184 42 20
                                    

"Dua belas narapidana dilaporkan berhasil melarikan diri dari pusat tahanan Dongbu sejak dua hari lalu. Di samping kasus terorisme kelompok Léviosa yang masih marak meski pemimpinnya sudah tertangkap, kini tugas polisi semakin membiak untuk menangkap para narapidana yang melarikan diri. Hal ini, tentu saja, sangat menambah keresahan masyarakat."

Soohyuk masih belum dipindahkan ke pusat tahanan. Dia berada di kantor polisi Seoul. Menghabiskan sebagian waktunya di ruang interogasi dan sebagian lagi di sel penjara kantor polisi itu.

Dalam pandangan umum, dia akan berada di sana sampai waktu sidangnya tiba. Namun, yang Soohyuk ketahui pasti, dia tidak akan berada di sana sampai selama itu. Dia punya banyak orang untuk diandalkan. Seung-hyun, Jaehyun, dan sudah pasti Lisa.

Kepala Soohyuk terangkat saat seseorang masuk ke dalam selnya. Polisi itu datang membawakan makanan.

"Aisshh, tidak bisa kupercaya. Masyarakat kami membayar pajak, tapi digunakan untuk memberi makan orang-orang sepertimu."

Soohyuk tak menganggap penting ucapan itu. Begitu petugas polisi itu pergi, dia mengangkat mangkuk berisi sup. Menemukan lipatan kertas kecil berisi sebungkus tablet di dalamnya.

Perubahan rencana. Tuan Soohyuk, minum obatnya di pagi hari. Obatnya akan membuat seolah-olah Anda terkena serangan jantung. Mereka akan membawa Anda ke rumah sakit terdekat. Kami menunggu Anda di sana.










※❆____INCOMPLETE____❆※





Empat mobil mereka berpisah di jalan bercabang. Hanya mobil Lisa yang memilih belokan kiri.

Di dalam mobil itu Lisa tidak sendiri. Ada Nam-gil di jok belakang dan Jisoo di bagasi.

"Kurasa ini cukup ironi. Kau membiarkanku duduk di sini, sedangkan kakakmu sendiri terjepit di bagasi."

Lisa tersenyum setengah. "Karena berbeda denganmu, aku lebih percaya Jisoo bisa mengacaukan rencanaku." Lisa menatap Nam-gil melalui spion tengah. "Orang dengan dendam di hatinya, sangat berbahaya. Ya, kan?"

Nam-gil mengacuhkan ocehan Lisa. Kembali pada usahanya melepaskan ikatan pada tangannya yang menggantung di pegangan mobil. Kaki yang terikat ditambah usia tua membuatnya susah bergerak apalagi sampai menyerang.

"Tidak perlu terlalu berusaha keras. Lagipula kau sudah tua, kan? Kau tidak akan menuju ke mana pun. Memang masih belum puas hidup di dunia sampai setua ini?" Lisa menatap spion luar. Menemukan sebuah mobil melaju cepat.

Senyum Lisa terukir merasa mendapat sekelumit tantangan. Mengganti perseneling sebelum menginjak lebih dalam pedal gas.

Suara berisik peraduan peluru dengan bagian belakang mobilnya memancing mata Lisa terpaku pada spion.

"Akhirmu sudah tiba, Koo."

Sudut mata Lisa menyadari, ada cukup waktu untuk menghindari tabrakan dari mobil di persimpangan kiri. Dengan berbelok ke kanan, mungkin hanya bagian belakang mobilnya yang akan tertabrak. Namun, ada hal lain yang dia pertimbangkan.

Lengan Lisa melindungi kepala sampingnya, sedetik sebelum mobil dari sisi kiri menerjang mobilnya.

Gemerincing pecahan kaca. Mobilnya terdorong cukup jauh.

Rasa pusing yang terasa dikalahkan nyeri tajam pada sisi kiri sebagian besar tubuhnya.

Lisa berusaha cepat membuka mata. Di balik kelopak mata yang menyipit, melalui spion, samar-samar melihat seorang pria keluar dari mobil. Bukan dari mobil yang menabraknya, tetapi yang membuntutinya tadi.

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now