14. Final Thought

230 40 22
                                    

Jisoo bertemu Seulgi di rumah Park Sunho. Jisoo kurang tahu bagaimana itu bisa terjadi.

"Kau di sini?"

Seulgi tersenyum merasa sejiwa dengan Jisoo. "Aku juga mau bertanya hal sama. Aku datang karena mengenalnya saja. Ibunya Rosé itu teman ibuku, meski tidak sangat dekat sih. Kau juga ke galeri tadi? Aku tidak melihatmu. Kau melihatku tidak? Jurnalis Luar Biasa--"

Jisoo membekap mulut Seulgi dan menyeretnya ke tempat lebih sepi. Jisoo menatapnya terheran-heran.

"Apa menjadi jurnalis membuatmu tidak punya simpati? Kau bicara banyak sekali."

Seulgi berdecak. "Itu karena aku orang yang jujur. Aku tidak bisa menampilkan wajah sedih yang dibuat-buat."

"Terserah bagaimana kau menyebutnya."

Seulgi menyenggol lengan Jisoo dengan lengannya. "Kau akan ke Goseung? Aku boleh nebeng? Tolong biarkan aku meliput kegiatanmu. Haruskah aku menyentuh kakimu?" Seulgi membungkuk hampir menyentuh kaki Jisoo, namun Jisoo segera mendorongnya.

"Yak!" Jisoo menutupi mulutnya yang kelepasan berteriak. "Kau benar-benar semakin gila. Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan daerah itu. Meski tidak akan diserang karena kau hanya jurnalis, peledak yang sudah ditanamkan tidak terikat pada aturan itu."

"Ayolah, Jisoo. Proposal acaraku sudah diterima, tinggal sedikit pemaksaan saja sih sebenarnya, tapi itu pasti diterima. Aku hanya perlu sedikit wawancara denganmu sebagai bukti kalau aku tidak mengada-ada. Sudah saatnya dunia mengetahui--"

"Tidak bisa. Aku tidak bisa. Pokoknya tidak bisa. Liput saja berita lain."

"Oke, kita pasti akan bertemu di sana. Terima kasih. Kau sahabat terbaikku. Kau saudari yang tidak pernah kumiliki. Kau tau, Jisoo, kau pasti akan sangat membutuhkanku suatu hari. Sampai jumpa, Letnan Jisoo."

"Yak, yak." Jisoo tidak perlu mengejar atau menjelaskan lebih banyak pada Seulgi. Anak itu memang selalu begitu, lebih banyak bercandanya daripada serius.

Jisoo yakin Seulgi tidak akan meliput itu kalau Jisoo tidak menginginkannya. Namun, sulit sekali memberitahu Seulgi kalau tempat itu berbahaya.

"Unnie ...."

Jisoo menoleh dengan cepat. Jisoo kira itu Jennie, namun itu Rosé. Ketika melihat wajah Rosé yang lebih pucat dengan area mata sedikit membengkak, Jisoo merasa sangat jahat padanya.

"Ada apa memanggilku? Semua baik?"

"Bisa ikut aku bertemu polisi? Unnie tau lebih banyak tentang Léviosa. Aku yakin, ini pasti juga ulah mereka. Mungkin--"

"Rosé-ya, di sini? Sekarang juga? Kau harus menenangkan diri dulu. Polisi sedang menyelidikinya. Pelakunya sudah ditangkap dan akan segera diadili. Orang itu memang pemimpin Léviosa. Kau harus tenang sekarang."

"Tapi satu polisi bilang pelaku sebenarnya bukan dia. Ayo, ikut aku bertemu dengannya."

Jisoo tidak bisa menolak ketika Rosé begitu saja menariknya. Padahal dia sudah harus pergi sekarang. Sung Chaewon pasti punya alasan untuk lebih mengkritiknya lagi.

Jisoo bersama Rosé bertemu polisi itu di teras belakang.

Jisoo mengenal wajah polisi itu. Mereka bertemu saat di galeri.

"Tuan Nam Jaehyun?"

"Benar, senang bertemu Anda lagi."

Jisoo ikut membungkuk karena polisi itu membungkuk.

"Kenapa Anda berkata begitu pada Rosé? Lee Soohyuk pelaku penembakan itu. Aku dengar dia sudah mengakuinya sendiri. Kalau Anda merasa yakin dengan perkiraan Anda, seharusnya Anda berdiskusi dengan tim Anda. Tolong jangan menciptakan kebingungan yang tidak perlu."

Incomplete: Part 3. J-key and LilacWhere stories live. Discover now