Appa, kita sudah hampir selesai kan di sini? Appa pasti punya rencana sendiri, yang mungkin aku tidak tau itu apa. Aku akan menerimanya, semua pilihan Appa, karena Appa selalu tau yang terbaik. Salah satu hal terbaik yang Appa berikan padaku adalah ketika Appa memutuskan membawa Lisa unnie. Setelah selesai, apa bisa kita memulai halaman baru di buku yang kosong? Aku tidak pernah ingin ibu baru, tapi kalau Appa mau menikah lagi, tidak masalah. Ayo kita selesaikan ini dengan cepat lalu pulang.
Jaehyun tersenyum tipis melihat mata berkilap Soohyuk. Ya, sekeras apa pun seorang pria terlihat dari luar, akan berbeda ketika berubah peran menjadi ayah dan berhadapan dengan putrinya, beberapa ayah begitu.
"Anak itu benar-benar." Soohyuk tersenyum di balik keharuan. "Terima kasih, Jaehyun."
Jaehyun membalas dengan senyuman dan anggukan kecil. "Saya tidak bisa berlama-lama di sini. Situasi ini tidak akan lama, Tuan Lee. Selamat malam."
Di area Goseung yang sepi, Jisoo melangkah lebih dekat dengan cepat, terburu-buru, kelabakan, dan gelisah. Tidak jelas siapa, namun satu pisau yang menancap di bagian dada sebatang tubuh tergolek itu serasa ikut menikam dirinya.
"Lisa ...." Sangat mungkin itu Lisa, karena satu-satunya yang akan bertemu dengannya di sini hanya Lisa.
Mungkinkah rekan-rekannya dan Sung Chaewon sudah sampai duluan? Tidak mungkin. Suho tidak mungkin setuju untuk melakukan ini, pada musuhnya sekalipun.
Saat terduduk di sampingnya dan mengusap air mata yang mencegah matanya melihat dengan jelas, wajah Jisoo berubah tercengang.
Jisoo mengusap dan menepuk pipi gadis itu dengan harapan bisa membangunkannya.
"Hei, kau. Kau bisa dengar?" Jisoo tidak tahu nama gadis itu namun mengenalinya.
"Hei." Jisoo mengingatnya, tentu saja. Gadis itu adalah hidup Lisa. "Tenang, tidak mungkin, aku akan membawanya ke rumah sakit, ini masih sangat sempat."
Dia sudah tewas.
"Tidak! Kau diam saja." Tangan gemetar Jisoo meraba dada Lili yang masih ditembus pisau. Setiap nafasnya berhembus, Jisoo sadar ini sudah terlambat.
"Ahhh ... Lili-ya!"
Teriakan itu menyadarkan Jisoo pada kehadiran seseorang. Jisoo mendongak, mendapati Lisa yang hancur di depannya.
Lisa meraba perut Lili yang sudah dibasahi darah. Dalam tangis keruntuhan memandang wajah Lili yang dinodai darah.
Lisa meraba wajahnya. "Lili, kau mendengar Unnie?"
Jisoo mendengar keputusasaan dalam suara Lisa yang lemah. Air mata Lisa semakin deras, isakannya semakin keras.
Jisoo melepas kemeja kotak-kotaknya hendak menutupi bagian perut Lili, menyisakan kaos hitam lengan pendek yang dia pakai.
"Jauhkan tanganmu!" Lisa menepis keras tangan Jisoo. Menodongkan pistolnya, muak melihat wajah Jisoo yang sok bodoh.
Bibir Lisa mengatup, tangannya bergetar menahan diri. Hubungan lama menahannya dari menarik pelatuk pistol itu.
"Lisa, aku tidak ...." Jisoo ingin menjelaskan, tetapi Lisa pasti tidak siap dan tidak akan menerima penjelasannya.
Rahang Lisa menggertak. Dia sendiri yang menahan sakit hati juga jarinya dari menekan pelatuk.
Satu tangan Lisa menarik kaos Jisoo dengan kasar. Tidak ada apa pun yang terpampang dalam mata Lisa selain kebencian.
"Semua yang akan kau lakukan, hanya akan menambah penderitaan di sekitarmu. Aku yakin kau sama sekali tidak takut, karena kau pasti sudah siap mati sejak awal. Kau akan balas dendam sambil menjadi pion Lee Soohyuk, lalu apa, kau akan bunuh diri di akhir? Kau pikir semua akan berjalan hanya seperti itu?"
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanficPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...