"Apa lagi sekarang? Kenapa kau rewel sekali hari ini? Kau pikir setiap masalahmu bisa kau timpakan padaku?" Mondar-mandir resah dengan satu tangan terselip di saku, Tae-soo memandang dari balkon kamar.
"Justru saya ingin menyampaikan sesuatu yang bagus, Master. Kerikilnya telah hancur dengan sendirinya. Si Bajingan Joo Suho. Selanjutnya, Koo Lisa akan berusaha membebaskan Lee Soohyuk. Saya sedang menunggu tim dari sisi lain Goseung, kami pasti akan menggagalkannya."
"Itu bukan informasi yang kuharapkan, ada Jisoo di sana?"
"Benar, Master. Saya akan memastikan keamanannya." Sung Chaewon mendengar helaan nafas dari ponselnya.
"Diska lepas Soohyun sekarang ada padanya. Hanya itu yang kubutuhkan, namun pastikan dia tidak bisa pulang."
"M-maksud Anda?"
"Habisi saja dia! Apa otak kecilmu sudah mati, sampai hal sederhana saja kau buat rumit?!" Tae-soo memutus panggilan. Memasukkan ponsel itu ke dalam saku, sehingga kini kedua tangannya tersembunyi, seperti permainan curangnya.
Dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Sejak awal yang terjadi hanya kebetulan, artinya Tuhan juga andil dalam permainan itu.
Dia menikah dengan Taeyeon, yang ternyata adalah istri dari Oh Soohyun— pria jenius itu. Dia juga tidak sengaja menabrak Song Hyoyeon, yang ternyata salah satu putri wanita itu adalah putri kandung istrinya. Lalu, secara ajaib, putri mereka, putri Soohyun dan Taeyeon, menjadi orang yang sangat membutuhkan hasil eksperimen itu.
Tidak salah sama sekali ketika dia meminta orang menyebarkan desas-desus tentang chip itu hingga sampai ke telinga Tiffany dan akhirnya Taeyeon. Semua memang harus demikian. Dengan begitu, Jisoo juga diuntungkan. Anak itu butuh chip buatan ayahnya.
Bayangkan. Bayangkan ketika semuanya lancar. Ketika semua tentara memakai chip itu lantas mereka terhubung hanya pada satu server, dan dia yang memegang kendali penuh atas server itu, lalu membuat mereka mengenal dia sebagai Master.
Namun, semua sudah dihancurkan. Jalannya jadi bergerigi lagi. Tetapi, saat dia bisa mendapatkan diska lepas Soohyun itu, yang sekarang ada di tangan Jisoo, mungkin saja harapan itu bisa kembali, walau harus kembali menunggu.
Oh Soohyun memang pria yang tidak berpikiran panjang. Orang itu malah menghancurkan kerja kerasnya sendiri dengan cuma-cuma.
Taeyeon menoleh ke arah pintu utama mansion yang tidak bisa dijangkau matanya kini. Dari lantai dua, langkah cepat kakinya terpandu menuju pintu itu.
Dia berlari, tak peduli pada lungsurnya syal tipis dari leher, tertinggal menggerai di turunan anak tangga. Ini terasa berbeda, namun hati keibuannya senantiasa berbisik, cepatlah, putrimu menunggu di depan pintu.
Taeyeon membuka lebar-lebar pintu tebal itu. Hembusan angin menyapa langsung wajahnya, padahal seharusnya tidak begitu, karena seharusnya angin itu terhalangi kehadiran Jisoo di depannya.
Taeyeon mencari, meski ada orang-orang di sana, namun tidak satu pun dari mereka adalah wajah yang Taeyeon harapkan untuk dilihat. Menatap ke bawah. Bagaimana kalau Jisoo memang sudah berada di depannya? Hatinya tidak salah berbisik. Jisoo memang menunggu di depan pintunya.
Kaki telanjang Taeyeon lunglai di samping sebuah tandu. Ketika kain putihnya diterpa angin, itu terbuka memperlihatkan wajah putrinya, yang telah pucat pasi.
Ada darah kering yang berjejak menuruni lehernya.
Taeyeon berdiri menatap ke arah pintu utama yang tidak dapat dijangkau matanya kini. Menyentuh syal yang masih berada di lehernya. Tidak ada apa-apa. Bukan apa-apa.
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...