Jisoo melangkah lebih cepat dari Jennie. Meninggalkan Jennie yang sebenarnya terbebani membawa barang-barangnya. Pikiran Jisoo memang masih tertinggal di sana, di tempat beberapa saat lalu dia bertemu Lisa.
Jisoo selalu membayangkan bagaimana kalau Lisa juga berada di sini bersamanya, namun sering kali melupakan akan seperti apa perasaan Lisa.
Keterasingan, mungkin semuanya justru akan semakin menyadarkan Lisa betapa mereka berdua memang sangat berbeda.
Meski sebenarnya Jisoo tidak bermaksud, Lisa akan merasa Jisoo lebih menaruh titik berat pada keluarganya dibanding pada Lisa. Karena Lisa tidak akan pernah lagi menemukan kesamaan.
Dulunya mereka hanya hidup bertiga bersama Hyoyeon. Hyoyeon ibu mereka, Lisa adik Jisoo, dan Jisoo kakak Lisa. Seberapa keras pun Jisoo memaksakan, keadaannya memang sudah berbeda sekarang.
Sekarang, Lisa mengetahui ibunya meninggal karena permasalahan yang seharusnya hanya milik keluarga Kim. Lisa tidak mungkin ingin melihat kehangatan hubungan yang dulunya terjadi antara Hyoyeon dan Jisoo, kini beralih terjadi antara Taeyeon dan Jisoo ketika Hyoyeon telah tiada, di saat kematian Hyoyeon yang disengaja seolah dilupakan begitu saja oleh mereka. Mau tidak mau, pantas tidak pantas, hati Lisa akan sakit ketika melihat itu.
Seharusnya Jisoo yang paling memahami, bahwa hubungan keluarga itu tidak bisa dipaksakan.
Jisoo sendiri tidak bisa menerima keluarga ini begitu saja sejak awal, lalu apalagi Lisa. Memaksa Lisa masuk ke sini hanya akan menimbulkan ketersiksaan batin Lisa.
Jisoo melihatnya dengan jelas sekarang.
Ketika Jisoo baru mau menekan password, pintu itu terbuka untuknya. Senyum hangat itu selalu menyambutnya. Itu selalu membuat nafasnya tertahan seketika. Senyum ibunya terlalu teduh untuk Jisoo hindari.
"Masuklah, Eomma sudah menyiapkan makan malam."
Jisoo menahan tangan Taeyeon yang mengusap bahunya.
"Bagaimana bisa tau aku sudah di sini?" Jisoo menatap penuh tanya dan sungguh-sungguh.
"Eomma bahkan bisa mendengar langkah kakimu di hati Eomma." Jennie mendahului menjawab, langsung masuk ke dalam. "Sangat disayangkan kau baru mengalami ini. Aku menerima ini setiap hari. Makanya kalau disuruh pulang ya pulang."
Jisoo menahan lebih erat tangan Taeyeon ketika ibunya hanya tersenyum dan hendak masuk ke dalam.
"Kenapa Eomma masih sangat menyayangiku?"
Tangan Taeyeon terulur mengusap pipi Jisoo yang jarang sekali bisa dia sentuh. Jisoo sudah bisa bicara sejak Taeyeon menemukan dan membawanya pulang, namun ini pertama kali Jisoo memanggilnya ibu.
"Kau seharusnya tidak menanyakan itu pada seorang ibu. Sekarang Eomma semakin tidak ingin jauh darimu."
Jisoo memeluk ibunya. "Aku pulang, Eomma." Dia memang egois. Jisoo tidak bisa melepas kasih sayang ini, dia memang tidak ingin melepas diri dari ini.
Lisa juga memang bagian dari hatinya. Jisoo tidak akan lupa betapa besar kasih sayang Hyoyeon dan Lisa menemaninya sejak awal. Jisoo juga akan selalu mengingat betapa jahat dirinya karena memilih kebahagiaannya sendiri. Namun, sedikit saja Jisoo tidak akan melupakan, bahwa Lisa masih ada dan tetap adiknya. Terasa sejauh apa pun adik poninya sekarang, Jisoo sedang berusaha menariknya mendekat.
"Maaf, Eomma, aku butuh banyak sekali waktu untuk sampai ke sini. Terima kasih masih menungguku. Apa pun yang terjadi, berjanjilah untuk selalu bersamaku."
______________________
Lisa sedang berdiam di ruang yang menjadi tempat latihannya sejak 10 tahun lalu. Bahkan sekarang, Lisa pikir ruangan gelap ini lebih mengenal dan lebih memahami perasaannya dibanding siapa pun.
YOU ARE READING
Incomplete: Part 3. J-key and Lilac
FanfictionPertemuan kami bukan puncaknya, perpisahan di antara kamilah akhirnya. Tekad Jisoo untuk menemukan adiknya yang berponi tidak sia-sia. Tidak pernah sekali pun terbayangkan dalam daya perkiraan Jisoo, dia akan menghadapi Lisa yang telah berseberangan...