⚡E n a m⚡

5.9K 478 9
                                    

"Becus kerja enggak sih? Baru ditinggal beberapa hari aja, proyek sudah berantakan! Kalau enggak bisa jadi sutradara turun aja! Turun! Jadi pemain pendukung aja!"

Aku yang berada di kamar mandi langsung tersentak mendengar omelan Mas Prabu di telepon. Galak banget, asli. Mengomeli bawahannya sampai segitunya.

Aku buru-buru menyuci sabun yang masih berada di wajahku sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi. Di ujung sana terlihat Prabu sedang sibuk dengan ponselnya. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah.

Kalau aku dekati, aku takut kena semprot, tapi aku enggak bisa berdiri di depan kamar mandi terus. Mau keluar kamar, takut.

Mas Prabu menoleh ke arahku. "Hey, mau sampai kapan di situ?"

"Sampai tadi," aku mencoba tersenyum walau kikuk, "sekarang sudah, aku ke situ," ucapku lantas berjalan ke arahnya.

Kedatanganku direspons baik olehnya. Tangan kekarnya langsung melingkar di pinggangku dan menuntunku untuk duduk di sebelahnya. Saat ini kami bersama-sama duduk di tepi ranjang dengan menatap ke arah luar jendela.

"Mau makan apa?" tanyanya.

Oh, heum.

Sebenarnya enggak lapar sih.

"Apa aja," jawabku sekenanya.

"Apa?" dia membenarkan posisi anak rambut ke wajahku, "sebut aja menunya. Jangan apa aja."

"Ikan goreng sama tempe tahu."

"Oke," dia menyalakan layar ponselnya, "saya pesan dulu."

Beberapa saat kemudian kami berdua sudah berada di meja makan. Prabu sudah duduk manis di kursi meja makan, sedangkan aku masih memindahkan makanan-makanan dari boks ke piring. Aku juga menyendokkan nasi untuknya.

"Nasinya agak banyakan," ucap Mas Prabu.

Tanpa menjawab, aku kembali menambahkan nasi di atas piring. Kemudian setelah itu aku berikan piring itu kepadanya.

"Makannya kan berdua," aku yang ingin mengambil piring untukku mendadak berhenti.

Makannya berdua?

Maksudnya?

Prabu menunjuk piringnya. "Kita makan satu piring berdua, Luv."

Kedua alisku mendadak bertaut. "Kenapa harus berdua? Kan lebih enak sendiri-sendiri. Jadi ribet enggak sih kalau makan berdua?"

"Lebih enak berdua," ucapnya ngotot, "sini duduk, kita makan berdua."

"Aku enggak mau ah. Makan aja pakai aturan. Lagian kenapa sih, ribet banget, Mas."

"Bapak bilang apa? Harus nurut sama suami kan? Lupa kamu?"

Ini cuma perkara makan loh. Kok kaya drama banget. Pakai segala harus sepiring berdua. Akhirnya daripada enggak selesai-selesai, aku memilih untuk menuruti keinginannya.

"Suapin saya."

Ya, baik.

Tambah lagi syaratnya. Kayanya syarat-syarat makan perlu aku tulis nih, biar enggak lupa. Soalnya banyak banget.

Tanpa basa-basi, aku langsung mengambil nasi lengkap dengan lauknya kemudian aku suapi ke dalam mulut suamiku. Kami makan berdua dengan diselimuti keheningan. Bermenit-menit berlalu sampai akhirnya makanan di piring pun habis. Aku berdiri dari dudukku karena aku ingin mencuci tangan, tetapi Mas Prabu menahan tanganku.

"Makan malam nanti, gantian saya yang suapin kamu," ucapnya.

"Kalau aku enggak mau?"

"Harus mau. Ini kita sedang menerapkan prinsip keadilan dalam rumah tangga. Sesuai apa yang kamu kamu kan? Keadilan."

Aku mengentakkan kakiku di lantai.

Sebel banget.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Full ebook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan 46

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang