⚡D u a p u l u h e n a m⚡

3.4K 320 24
                                    

Ini hari Minggu.

Aku pikir pada hari ini aku bisa menyenangkan diriku. Kalau emang aku enggak boleh main dengan teman-temanku, aku bisa menyenangkan diriku dengan me time. Aku bisa jalan-jalan ke mal sendirian. Atau bisa ke salon. Aku sudah berencana untuk meminta izin me time kepada Mas Prabu berharap dia bisa mengerti.

"Boleh kan?" tanyaku setelah menjelaskan keinginanku kepada Mas Prabu.

Pria itu terdiam, mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Cukup lama dia seperti itu sampai akhirnya dia menggeleng. "Jangan. Bahaya."

Kedua alisku mendadak bertaut. "Bahaya? Apanya yang bahaya sih? Aku kan ke mal doang. Sebentar. Lagi kan ponselku juga dipantau."

"Jangan, bahaya."

"Apanya yang bahaya tuh apanya?" tanyaku seolah tidak terima.

"Saya enggak berikan izin. Titik."

Lihat kan? Dia emang egois sekali. Bahkan satu hari pun aku enggak bisa untuk menghabiskan waktu untuk aku menyenangkan diriku sendiri. Setiap hari aku tertekan, sehari pun aku enggak boleh dibiarkan beristirahat dari perasaan tertekan ini.

"Ini hari Minggu. Aku mau refreshing."

"Iya, boleh," tangan pria itu bersidekap, "tapi sama saya."

Skip deh.

Mendadak badmood aku.

Mending di rumah ajalah.

"Kamu mau ke mana saja, saya turuti. Tapi, sama saya," ucapnya lagi.

Dengan bibir yang cemberut, aku menggeleng keras. "Kalau begitu, aku pilih di rumah aja," tanpa menunggu respons darinya aku segera berlari dan masuk ke dalam kamar. Tidak lupa aku mengunci pintunya.

Aku benar-benar mau sendiri.

Enggak mau diganggu siapa pun.

Aku mengambil mengambil remote televisi dan memutar tayangan film. Baru juga film dimulai, suara ketukan pintu terdengar. Sudah dapat dipastikan itu adalah Mas Prabu. Karena malas gerak aku hanya diam saja. Akibatnya suara ketukan berubah menjadi gedoran.

Berisik sedikit, enggak ngaruh. Aku memilih menulikan telingaku sampai akhirnya Mas Prabu meneleponku. Dia juga mengirimkan pesan singkat yang mengatakan bahwa jika aku tidak membukakan pintu, dia akan mendobrak pintu tersebut.

Padahal aku cuma mau me time.

Kenapa drama sebegininya sih.

"Halo, ken—" ucapku setelah mengangkat telepon Mas Prabu.

"Buka pintunya!" perintahnya tegas.

"Aku cuma mau nonton film sendirian. Ga mau diganggu. Mau tenang. Kasih aku waktu tenang beberapa jam aja."

"Kurang ajar ya kamu!" terdengar suara gedoran kencang dari arah pintu, "jadi kamu pikir saya penganggu? Kamu selalu tertekan sama saya?"

Jantungku mendadak berdebar kencang. Aku ketakutan parah. Ini Mas Prabu benaran marah. Aku seperti didalam bahaya.

"Jawab!" teriaknya.

Aku ketakutan sampai menangis. Karena merasa tidak kuat lagi, aku memilih mematikan panggilan itu. Tanganku bergerak mengambil selimut untuk menutupi tubuhku. Aku menangis sesenggukan di bawah selimut.

Aku tertekan banget.

Sungguh.

Tangisanku mulai reda saat tidak lagi mendengar gedoran pintu. Setelah diriku mulai agak tenang, aku mengelap sisa-sisa air mata kemudian aku mengambil ponselku. Ternyata ada beberapa pesan yang beberapa menit lalu Bapak kirimkan untukku.

Bapak
Ndo, bisa nggak sih kamu enggak usah bikin malu Bapak? Bapak malu sekali mendengar Prabu menceritakan kelakuan kamu.

Bapak
Kamu emang nakal banget. Dididik yang benar sama suami, kelakuannya semakin menjadi-jadi. Sadar kamu, Prabu sedang mendidik kamu jadi istri yang baik, jadi istri yang penurut, bukan seperti sekarang

Bapak
Berubah, Ndo. Ikutin perintah Prabu. Kamu terlalu rusak kelakuannya. Jangan terus membuat malu keluarga. Bikin Bapak kelihatan gagal mendidik kamu.

Bapak
Bapak beruntung punya menantu seperti Prabu. Prabu juga harus merasa beruntung punya istri seperti kamu. Kalau kamu begitu terus, Prabu bukannya merasa beruntung, tapi merasa tersiksa punya istri seperti kamu

Setelah membaca isi pesan Bapak, aku kembali menangis. Kali ini tangisku semakin deras. Entah apa yang Prabu katakan kepada Bapak, tapi yang jelas saat ini aku merasa enggak ada satu pun orang terdekatku yang ada dipihakku.

Keluarga dan suamiku, enggak ada yang mau mengerti kondisiku.

Keluarga dan suamiku, sama-sama membuat aku tertekan.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang