⚡E m p a t p u l u h e n a m⚡

1.5K 189 7
                                    

"Halo, tetangga baru!" sapa Andro saat aku membuka pintu, "mau masuk ke apartemen lu, tapi Mas Prabu marah enggak?"

Aku menggeleng lantas membuka pintu lebih lebar. "Enggak marah. Aman aja."

Aku pernah ada percakapan dengan Mas Prabu mengenai menerima tamu ke unit apartemen. Kalau Mas Prabu masih seperti dulu, dia pasti tidak akan mengizinkan tamu masuk ke dalam unit apartemen kami, apalagi tamunya pria. Namun, sekarang Mas Prabu agak lebih longgar aturannya. Dia mengizinkan temanku masuk ke dalam unit apartemen, tapi hanya sampai di ruang tamu.

Andro masuk ke apartemenku lantas dia duduk di kursi sofa. "Lu serius tinggal di sini, Luv?" pria itu menyorot pandangannya ke beberapa sudut ruangan, "tipe unit apartemen lu ini lebih besar daripada unit gue."

Aku bergumam. "Enggak tahu, Mas Prabu yang mengurusi. Gue langsung terima jadi aja."

Aku mengambil toples berisi makanan ringan lantas menyodorkannya ke Andro. Pria itu menerima toples yang aku bawa kemudian aku duduk di sebelahnya. "Sekarang Mas Prabu enggak sekasar dulu. Bahkan sudah enggak pernah bentak-bentak dan main tangan lagi."

Andro memasukkan makanan ringan itu ke dalam mulutnya. "Kayanya dia benaran berubah, Luv. Takut ditinggal sama lu kali. Atau mungkin karena dia sekarang sudah mengerti keadaan lu."

"Iya, mungkin."

"Tapi Luv, gue penasaran," Andro memutar duduknya menghadap ke arahku, "dari dulu memang lu enggak pernah bilang kalau lu enggak nyaman diperlakukan kasar?"

"Sudah. Gue udah sering bilang, Ndro. Dia dengarkan sih, tapi dia enggak pernah mau mengerti."

Aku rasa, konflik dipernikahanku bukan hanya karena komunikasi, tapi juga tentang pemahaman. Sudah beberapa kali aku mencoba komunikasikan permasalahan ini kepada Mas Prabu, tapi memang dia enggak pernah mau paham kondisiku. Sampai akhirnya, dia mencoba memahami kondisiku dan permasalahan tersebut mulai mereda.

"Tapi kok bisa begitu?"

"Ya itu, Ndro. Komunikasi dalam hubungan memang penting, tapi kemampuan untuk memahami kondisi pasangan juga enggak kalah penting."

Andro mengangguk-angguk kecil. "Benar sih benar. Kalau lu mencoba komunikasi masalah ini, sampai mulut lu berbusa, kalau Mas Prabu enggak mau memahami kondisi lu, ya percuma juga. Permasalahan ini enggak akan selesai."

Sedang asyik-asyiknya mengobrol dengan Andro tiba-tiba suara bel terdengar. Aku mengintip dari pintu rupanya Mas Prabu. "Mas," ucapku saat pintu terbuka, "ada Andro di dalam."

"Enggak apa-apa," aku membuka pintu lebih lebar, Mas Prabu meletakkan martabak di meja, "tolong dibuka Luv."

Aku berjalan cepat, lantas mengambil martabak dan membuka bungkusnya. Mas Prabu mengambil kotak martabak yang sudah terbuka lalu dia berikan ke arah Andro. "Ayo, dimakan."

"Iya, Om."

"Kamu tinggal di apartemen ini sudah berapa lama, Ndro?" ucap Mas Prabu membuka topik perbincangan diantara mereka.

Kemudian setelah itu obrolan bergulir, aku pun ikut serta dalam obrolan itu. Percakapan yang benar-benar menyenangkan, selayaknya tuan rumah yang menyambut hangat tamunya. "Besok-besok kalau bosan, ke sini aja enggak apa-apa, Ndro. Temani Luvita, dia suka bosan di rumah."

"Iya, Om," Andro mengambil tasnya, "saya pamit," ucapnya lantas pergi keluar.

"Mas," aku tersenyum kecil, "aku suka Mas lebih terbuka sama teman aku. Aku suka Mas lebih ramah. Terima kasih ya."

Dia mengangguk lantas tangannya melingkar di pinggangku. "Pria dalam hidup kamu bukan cuma saya doang. Mungkin kamu butuh Andro, untuk menjadi teman kamu, untuk menjadi bagian dari kehidupan kamu juga."

"Iya," senyumanku lebih lebar, "terima kasih ya."

"I love you. Besok-besok kalau kamu mau main dengan temanmu di sini, boleh. Tapi ingat batasan ya. Jangan nakal juga. Saya berusaha memberikan kepercayaan sama kamu."

Aku speechless banget. Senang juga, saking senangnya sampai refleks aku memeluk Mas Prabu. "Terima kasih banyak, Mas. Terima kasih sudah berusaha memahami dari sisi aku."

"Iya," Mas Prabu mengecup puncak kepalaku kemudian dia membuka ponselnya, "Bapak menghubungi saya. Dia minta kita ke kampung. Dia mau melihat keadaan kamu."

"Terus?"

"Bapak tanya kapan kira-kira kita ke kampung. Saya belum jawab. Saya mau diskusikan hal ini sama kamu. Kamu maunya kapan kita ke sana?"

Perasaanku mendadak tidak karuan. Berbagai perasaan negatif secara bersamaan muncul. Aku takut dimarahi Bapak, aku takut dihukum Bapak, aku takut sakit hati, dan aku takut mentalku kembali hancur.

"Kira-kira hukuman apa ya Mas yang Bapak kasih ke aku?" aku menatap Mas Prabu lekat, "biar aku bisa mempersiapkan diri dulu."

Tanpa menjawab, Mas Prabu langsung menarikku ke dalam pelukannya.

Teruntuk yang mau baca cepat, aku telah publish satu buku full di Karyakarsa

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Full ebook

Part Ke-1 sampai Part Ke-55 (Ending)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part Ke-1 sampai Part Ke-55 (Ending)

Total 55 Part ; 215 Halaman

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Get A Cruel Husband? _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp46.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka".

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang