⚡D e l a p a n b e l a s⚡

4.6K 376 16
                                    

Mataku menatap lurus ke arah pantai lepas, melihat deburan ombak yang tidak henti-henti. Mataku menatap ke arah sana, tetapi pikirku tetap stuck pada kejadian semalam. Kejadian dimana aku dan Mas Prabu melakukan hubungan suami-istri.

Aku sudah terlalu takut semalam. Energiku untuk melawan sudah tidak ada. Aku hanya bisa pasrah dan berharap pria itu mengasihani diriku. Namun, bukannya mengasihaniku, pria itu malah terus melakukannya, sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.

Bahkan sampai sekarang, aku masih belum paham. Dia melakukan itu memang atas dasar cinta atau dia melakukan hanya sekedar untuk menghukumku.

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Aku yang sedari tadi fokus menatap ke arah luar jendela kini menatap ke arah sumber suara. Mas Prabu masuk ke dalam kamar, dia menatapku dengan sorot mata tajamnya.

"Tidak perlu merasa jadi korban," ucapnya tajam, "karena yang sebenarnya korban itu adalah saya. Saya korbannya, bukan kamu."

Dia berjalan ke arahku lantas menyentuh daguku membawa wajahku agar mendongkak sehingga mata kami saling berpandangan. "Sehancur apa pergaulan kamu?" tanyanya.

Aku menutup mataku, berusaha tidak melihat tatapan matanya yang benar-benar menusuk. "Jawab sayang," suaranya terdengar penuh penekanan.

Aku menghempaskan tangannya lantas membuang pandanganku. "Hancur. Sehancur yang Mas pikirkan."

Pergaulanku hancur. Ini bukan karena aku tinggal di Ibu kota, bukan itu. Pergaulanku hancur karena diriku sendiri. Dari awal aku terlalu sulit untuk membatasi diriku dari hal-hal buruk. Aku terlalu memiliki sifat tidak enakkan, aku terlalu sulit menolak ajakan teman-temanku, padahal aku tahu mereka salah, tapi aku tetap mengikuti tindakan salah mereka.

"Siapa pria yang pertama, Luv?"

Aku terdiam.

"Siapa pria pertama yang mengambil kehormatan kamu?"

Aku masih terdiam, aku enggak mau jawab. Namun, Mas Prabu mengelus wajahku sebelum akhirnya dia menarik wajahku sehingga kami kembali berhadapan. "Mantan kamu yang ketahuan ciu*an dengan kamu itu? Jawab!" sentaknya dengan mata melotot.

"Bukan Bara. Tapi mantan aku yang lain," aku bangun dari dudukku, "maafin aku, pacaran kami memang melampaui batas," ucapku lantas meninggalkannya.

Aku melakukan hal bodoh itu dengan mantanku terdahulu karena dilandasi aku yang tidak ingin ditinggalkan olehnya. Aku terlalu cinta sampai berpikir bahwa jika mantanku itu sudah mengambil sesuatu hal yang berharga dariku, dia akan mencintaiku, dan tidak akan meninggalkanku selamanya.

Namun, kenyataannya dengan gampang dia meninggalkanku. 

Tanpa pikir panjang, dia memintaku untuk menyudahi hubungan kami.

"Mau ke mana?" tanyanya berteriak.

Aku terus berjalan. Memasukkan barang-barangku ke dalam tas. "Kalau Mas menikahiku semata-mata hanya menginginkan itu, Mas bisa pulangkan aku ke Bapak. Laporkan ke Bapak bahwa aku sudah menjadi anak yang memalukan."

"Kamu memang anak memalukan. Anak yang mengecewakan, bukan hanya Bapak yang kamu kecewakan, saya juga. Kamu mengecewakan dua orang sekaligus."

"Iya!" kali ini aku yang berteriak, "seharusnya memang dari awal kita enggak perlu menikah. Biar Mas enggak aku kecewakan. Biar Mas enggak merasa dirugikan dalam pernikahan ini."

Mas Prabu mengepalkan tangannya kemudian tanpa hitungan menit dia langsung melayangkan pukulan tangannya ke tembok. "Cepat siap-siap. Kita ke rumah Bapak sekarang!"

Dia mau memulangkanku.

Dia enggak menerima masa laluku.

Dia merasa dirugikan dalam pernikahan ini.

Haruskan aku senang karena memang ending seperti ini yang aku harapkan?

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang