⚡D u a p u l u h e m p a t⚡

3.8K 321 17
                                    

My Beloved 💖
Saya lihat dijadwal akademik,
kamu pulang jam 2

My Beloved 💖
Kenapa jam 2 lewat 15 belum keluar kampus?

My Beloved 💖
Ada orang kantor saya yang menjemput kamu
Langsung ke depan kampus ya

Begitu aku membaca pesan itu, perasaan negatif langsung terasa di hatiku. Ada dua penyebabnya yang pertama karena kontak Mas Prabu tiba-tiba berubah menjadi My Beloved, sudah pasti yang mengganti nama kontak itu adalah dirinya sendiri. Mana segala pakai emot love. Geli banget enggak sih?

Penyebab yang kedua karena isi dari pesannya. Bisa-bisanya dia membaca jadwal akademikku dan pakai segala ada yang menjemputku. Aku kan bukan anak TK lagi.

My Beloved 💖
Luv, lagi ngapain sih kamu?

Aku hanya membacanya saja, kemudian pesan masuk kembali dia kirimkan.

My Beloved 💖
Enggak mau dijemput orang lain?
Mau saya yang jemput aja?
Saya ke sekolah kamu ya sekarang

Anda
Aku mau ke cafe dulu
Ada tugas kelompok
Mau ngerjain bareng

My Beloved 💖
Di rumah aja
Suruh teman kamu ke rumah

Anda
Ribet banget sih
Aku mau di cafe aja

My Beloved 💖
Saya jemput kamu sekarang?

Anda
Yaudah, iya
Aku bareng sama temanku ke rumah

My Beloved 💖
Perempuan?

Anda
Iya, perempuan

My Beloved 💖
Yaudah boleh
Hati-hati

Beberapa saat kemudian aku dan kedua temanku sudah berada di rumah. Aku segera menyiapkan minum dan juga beberapa cemilan untuk mereka. Setelah itu, kami sibuk berdiskusi tentang materi yang akan kami muat dimakalah.

"Oh iya, sejak kapan lo enggak ngekos lagi Luv?" tanya Kyka disela-sela pembahasan kami.

"Sejak bulan kemarin. Karena Bapak gue takut gue tinggal sendirian di Jakarta, makanya gue disuruh tinggal sama Om gue. Sebenarnya gue enggak mau, tapi ya gimana," ucapku ngasal.

"Tinggal berdua aja sama Om lu?" tanya Yara ikut menimpali.

"Enggak kok," ucapku cepat, "dia sama istrinya juga. Jadi kita tinggal berdua. Begitu. Tapi mereka juga suka keluar kota, jarang pulang. Kalau pulang pun paling pulangnya malam."

"Enak ya," Kyka mengeluarkan vape pod dari tasnya. "Berarti gue ngevape aman kan ya?" tanyanya.

Aku mengangguk penuh keyakinan. "Aman," ucapku kemudian menunjuk ke layar laptop, "ayo lanjut gais, baru sampai bab dua kita."

Tidak lama kemudian fokus kami pecah karena memdengar suara mesin mobil dari arah halaman depan. Saat aku melirik ke arah jam dinding, ini masih pukul setengah empat, sepertinya enggak mungkin kalau Mas Prabu pulang jam segini.
Aku berpikir sebentar dan mulai menyadari bahwa kalau bukan Mas Prabu siapa lagi yang memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah.

Tanpa mengetuk pintu, aku mendengar suara pintu depan rumah terbuka dan diikuti oleh suara langkah kaki yang semakin mendekat. Aku tersenyum masam begitu melihat Mas Prabu yang berjalan ke arah kami. Dia tidak mengatakan apa-apa, begitu pun juga teman-temanku.

"Siapa itu?" Kyka menyenggol tanganku, "Om lu?" tanyanya lagi.

"Luvita," panggil Mas Prabu saat pria itu sedang menaiki tangga menuju lantai atas, "kesini."

Dengan pergerakan cepat, aku langsung berdiri. "Sebentar ya, gue dipanggil Om gue dulu," ucapku kepada kedua temanku lantas aku berjalan cepat menyusul Mas Prabu.

Aku membuka pintu kamar. "Kenapa Mas?" tanyaku kemudian berjalan mendekatinya, "kok pulang cepat banget. Tumben."

Dia bergumam lantas tangan kekarnya mengambil tanganku lantas dia dekatkan ke hidungnya. "Ngapain sih?" tanyaku bingung, "kok cium-cium tangan aku?"

Dia diam sebentar lalu dia melepaskan tanganku. "Mau ngecek kamu merokok atau tidak tadi."

Aku langsung menarik napas.

"Ikut ngevape nggak?" aku menggeleng, "coba sini lebih dekat. Saya mau cek aromanya."

Ih, apa sih.

Aku memilih terdiam, enggak mau menuruti perintahnya yang aneh. Lagian apa sih, datang-datang langsung menuduhku merokok atau ngevape. Enggak jelas banget dia.

"Sini!" ucapnya sambil menarik tubuhku lebih dekat. Dia terdiam sebentar lantas mendorong tubuhku menjauh, "jangan ngevape ya. Apalagi di rumah."

Aku ngevape aja enggak.

Apa sih.

"Itu teman-temanmu," dia menujuk ke arah pintu, "suruh pulang. Kurang etika sekali ngevape di rumah orang."

"Mas, apa sih," aku menatapnya tajam, "aku kan lagi kerja kelompok. Masa di suruh pulang."

"Saya enggak mau tahu. Diskusi digoogle meet bisa. Enggak perlu bertemu langsung. Apalagi dengan teman-teman yang tidak tahu etika."

"Mas," suaraku mulai melembut.

"Usir mereka! Sekarang!"

Aku tersentak dan kemudian perlahan aku memundurkan langkahku dari hadapannya. Berjalan menuju lantai bawah dan meminta teman-temanku untuk pulang sekarang.

"Luvita," ketika kedua temanku sudah berada di teras, suara Mas Prabu lagi-lagi terdengar, "masuk."

"Aku mau kerja kelompok di cafe depan."

"Luvita, masuk!"

Jujur, aku malu diteriaki di depan teman-temanku. Aku jadi enggak enak hati sama mereka. Setelah ini sudah pasti mereka enggak akan mau main ke rumah lagi.

"Nanti kita lanjut diskusi dizoom atau gmeet aja, Luv. Kita pulang dulu," ucap Kyka lantas dia menoleh ke arah Mas Prabu, "kami pulang dulu Om. Terima kasih ya. Maaf mengganggu."

Setelah itu kedua temanku pulang menyisakan aku dan Mas Prabu di sini. Aku menatapnya lekat, napasku mendadak tidak karuan, ditambah lagi air mata seketika membanjiri mataku.

"Mas membatasi ruang gerak aku! Mas keterlaluan!" teriakku lantas berlari ke arah dalam rumah.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang