⚡D u a p u l u h s e m b i l a n⚡

3.2K 319 21
                                    

Terhanyut ke dalam pikiran, aku sampai enggak sadar bahwa pancuran air yang mengenai tubuhku sudah berhenti mengalir. Saat aku mendongkak menatap ke arah atas, netraku menangkap tubuh tegap Mas Prabu.

Mau apa dia kembali ke sini?

Belum puaskah dia?

Tangan pria itu terukur untuk menarikku agar berdiri. Dia membalut tubuhku dengan handuk. "Mandi di kamar sebelah. Saya sudah siapkan air hangat," perintahnya.

Aku menggeleng. "Aku mandi di sini aja. Enggak perlu pakai air hangat."

"Kamu kedinginan," ucapnya lembut, "mandi air hangat. Nanti saya siapkan sup ayam, kita makan bersama setelah kamu mandi."

Aku masih enggak bisa paham. Baru saja dia bersikap kasar dengan menghukumku, kemudian saat ini dia bertindak seolah tidak terjadi apa-apa diantara kami. Kalau dia memang merasa bersalah, enggak perlu seperti ini, cukup meminta maaf dan berjanji akan berubah. Itu saja.

Tiga puluh menit setelahnya, aku dan Mas Prabu sudah berada di meja makan. Kami saling bersebelahan, dia menyuapkan sup ayam berserta nasinya ke dalam mulutku. Kami hanya terdiam, tidak ada yang memulai percakapan.

Bermenit-menit seperti itu sampai akhirnya Mas Prabu mengeluarkan sebuah obat dari sakunya. "Nanti diminum. Takut kamu masuk angin."

"Ga usah," aku mendorong obat itu menjauh, "aku bakal baik-baik aja."

Mas Prabu langsung mengambil tanganku lantas memperlihatkan kerutan di tanganku. "Kamu kedinginan. Nanti sakit badannya."

"Mas," aku tersenyum lirih, "tubuh aku baik-baik aja, kecuali hatiku. Kalau Mas merasa bersalah, enggak perlu lakukan semua ini. Cukup minta maaf dan berjanji akan berubah."

Mas Prabu terdiam dengan sorot matanya yang tajam. "Coba ulangi."

"Ya itu. Kalau Mas anggap tindakan Mas salah. Mas merasa bersalah. Enggak perlu melakukan ini untuk menembus kesalahan, cukup minta maaf aja."

Prank!

Aku tersentak saat melihat mangkok yang tadi berisi sup ayam ini sudah tidak berbentuk lagi.

"Saya enggak salah. Apa yang saya lakukan sudah benar. Saya melakukan ini bukan semata-mata ingin menembus kesalahan," dia mencengkeram rahangku, "karena saya sayang kamu."

"Kalau Mas sayang aku, Mas enggak mungkin begini?!" aku ikut berteriak.

"Saya sayang kamu. Dan memang seperti ini cara saya mendidik istri yang nakal sepertimu."

Setelah mengatakan itu, Mas Prabu melenggang ke lantai atas, sedangkan aku membersihkan kekacauan yang dia buat dengan berlinang air mata.

°•°

Pagi harinya seperti biasa Mas Prabu mengantarku ke kampus. Walau semalam kami bertengkar hebat, paginya seolah tidak terjadi apa-apa. Kami melakukan rutinitas seperti biasa. Bedanya, aku yang biasanya malas berinteraksi dengannya, kini semakin malas.

"Pulang jam berapa nanti?" tanyanya saat kami tidak lama lagi sampai di kampus.

"Sama seperti biasa. Mas sudah hafal jadwal aku kan."

Pria itu bergumam sebelumnya akhirnya kembali mengeluarkan suara. "Sebenarnya saya mau jemput kamu nanti, tapi saya baru dapat kabar bahwa ada beberapa hal yang harus saya kerjakan di kantor. Sehingga nanti orang kantor saya menjemput kamu."

Aku mengangguk. "Iya."

"Ya sudah," Mas Prabu memberhentikan mobilnya di depan pagar kampusku, "ponselnya jangan sampai enggak aktif ya."

"Iya," ucapku kemudian mengecup tangannya.

Setelah itu Mas Prabu mengecup puncak kepalaku lantas dia mengusapnya. "Sampai bertemu nanti ya."

Aku turun dari mobil dan segera masuk ke dalam laboratorium kimia. Sesuai agenda hari ini, akan diadakan praktikum. Aku mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh asisten dosen. "Botolnya perlu disterilisasi," ucap asdos tersebut kemudian aku dan teman-temanku yang lain memasukkan botol-botol itu ke dalam autoklaf.

Aku menunggu sampai botol itu selesai disterilisasi kemudian lanjut ke langkah selanjutnya. "Nanti bahan yang telah kita buat dimasukkan ke dalam botol kemudian kembali dilakukan sterilisasi ya," perintah asdos tersebut.

Kami kembali mengikutinya.

Saking sibuknya dengan kegiatan praktikum aku sampai enggak menyadari bahwa sudah dari setengah jam yang lalu Mas Prabu meneleponku.

Dan kini aku baru tersadar bahwa seharusnya sudah dari setengah jam yang lalu kelas ini berakhir. Namun, memang karena proses praktikum kali ini yang memakan banyak waktu sehingga membutuhkan waktu lebih lama daripada biasanya.

Aku mau pulang duluan juga enggak enak karena tidak ada satu pun temanku yang izin untuk pulang duluan. Dosen dan asisten dosen pun masih berada di laboratorium ini.

Aku jadi dilema.

Disatu sisi, aku takut dimarahin Mas Prabu, disatu sisi lagi, aku merasa enggak enak untuk izin pulang duluan. Rasa ketakutanku bertambah parah saat melihat pesan masuk dari Mas Prabu.

My Beloved 💖
Lokasi msh di kampus
Tp blm keluar juga

My Beloved 💖
Lagi nongkrong di sekre mana?

My Beloved 💖
Luv yang kemarin kurang ya?

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang