⚡L i m a⚡

6.3K 449 7
                                    

"Bapak benaran enggak mau ikut ke Jakarta? Enggak apa-apa tinggal sendirian di rumah?" tanyaku untuk kesekian kalinya.

Sebenarnya aku enggak tega meninggalkan Bapak sendirian di rumah. Takut Bapak kenapa-kenapa. Mana Bapak enggak punya siapa-siapa lagi selain aku.

"Enggak apa-apa," Bapak menunjuk rumah-rumah di sekitar rumah kami, "disini banyak rumah saudara. Kalau ada apa-apa, Bapak bisa minta tolong mereka. Kamu tenang aja, Ndo."

"Bapak," aku menatapnya ragu, "yang benar?"

"Iya," Bapak mendorongku ke arah depan rumah, "sudah, bantu Prabu masuk-masukkan barang sana."

Mas Prabu hanya melirik ke arahku, sebelum akhirnya tersenyum. "Enggak apa-apa, Pak. Biar saya saja. Kasihan Luvita, masih kelelahan dia, semalam saya ajak begadang."

Bapak langsung meluncur senyuman penuh makna, sedangkan aku cemberut. Pasti Bapak salah persepsi, aku diajak begadang karena aku dipaksa packing barang-barang sampai jam setengah tiga pagi.

Kejam bukan?

"Ya semoga, Luvita cepat positif ya. Doa terbaik buat kalian berdua."

Aku hanya diam aja, setelah itu aku dan Mas Prabu berpamitan dan kami bersama-sama berangkat ke Jakarta menggunakan mobilnya.

"Parfum mobilnya enggak enak banget! Bau jeruk, bikin pusing!" ucapku berkomentar.

Aku enggak bisa lagi menahan diri untuk tidak mengatakan itu, tiga puluh menit pertama saat berada di mobilnya aku berusaha beradaptasi dengan aroma ini, tetapi tetap saja aku pusing.

Mana aromanya menyengat banget.

Aku jadi semakin pusing ingin muntah.

Dan, "Huek!" aku mengeluarkan isi perutku, "huek!"

"Luvita!" Mas Prabu langsung meminggirkan mobilnya, dengan cekatan pria itu mengambil tissue dan mengelap muntahku yang berceceran di mana-mana.

Maaf jorok, tapi aku seriusan udah enggak kuat.

Pusing banget.

"Sini tangannya," aku menyerahkan tanganku dan pria itu langsung mengelap tanganku dengan menggunakan tissue basah, "sini, lebih dekat lagi, saya mau ngelap baju kamu."

Aku mengikuti perintahnya.

"Kamu tidur aja," Mas Prabu mencopot pengharum mobil itu lantas memasukkan ke dashboard, "sudah. Sudah saya lepas pengharumnya. Sekarang tidur. Ga usah banyak drama lagi."

•••

"Gila kali ya! Aku kira cuma di kampung kita berbagi ranjang, ternyata di Jakarta pun juga," aku melipat tanganku sambil menatap ke arah ranjang, "apalagi kalau harus setiap hari. Aku enggak mau!"

Terdengar helaan nafas dari mulut Mas Prabu. Dia naik ke atas ranjang sebelum akhirnya menepuk sisi sebelahnya. "Sini kamu istirahat. Ga usah drama lagi, Luv."

"Enggak drama!" aku mengentakkan kakiku, "aku cuma pengen keadilan."

"Keadilan apa yang kamu maksud?" nada bicara Mas Prabu meninggi, "kamu aja belum memenuhi kewajiban. Kamu hanya menemani saya tidur, Luv. Enggak lebih."

"Tapi kan kesepakatannya kit—"

"Saya enggak punya energi. Lelah habis bawa mobil," dia kembali menepuk sisi ranjangnya, "sini kamu istirahat. Kalau masih diam di sana, saya yang akan tarik kamu ke sini."

Oke, dan lagi-lagi aku yang mengalah.

Hanya dengan sorot mata tajam mampu membuat nyaliku menciut.

Aku naik ke atas ranjang dan langsung disambut dengan tangan yang melingkari pinggangku. "Saya lelah, Luv," dia menarik tanganku ke belakang tubuhnya, "elus-elus punggung saya, Luv. Saya lelah duduk berjam-jam di mobil.

Dengan didominasi rasa takut dan sedikit rasa kasihan, aku mengikuti perintahnya. Beberapa menit kemudian Mas Prabu sudah terlelap tidur, sedangkan aku masih terus mengelus punggungnya. Setelah dirasa  tidurnya sudah pulas, aku menarik tanganku dari punggungnya. 

Sudah tua, tapi tidurnya minta dikelonin.

Kaya bayi.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini sudah tersedia full E-book

Full ebook

Full ebook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan 46

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hanya dengan 46.000 kamu bisa akses full E-booknya

Tersedia juga ebook versi baca duluan

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web (untuk ebook) dan juga WhatsApp (085810258853)


GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang