⚡T u j u h⚡

5.8K 479 9
                                    

Entah apa yang terjadi di urusan pekerjaan Mas Prabu, tapi yang jelas saat pria itu berbicara dengan rekan kerjanya aura tidak bersahabat terpancar jelas.

"Enggak ada! Enggak ada! Seluruh tim tunggu saya di sana. Saya on the way sekarang juga," ucap Prabu lantas memutuskan panggilan telepon.

Aku sedari tadi hanya menatapnya dan kini pria itu berbalik menatapku. Kami saling berpandangan sebelum akhirnya dia menunjuk ke arah lemari. "Ganti baju. Ikut saya."

Eh? Aku ikut?

Aku masih terdiam dalam keraguan. Serius aku ikut? Kontribusi aku di sana apa? Enggak ada. Aku enggak tahu dan enggak mengerti apa-apa.

"Kok diam aja? Dengar saya enggak?"

"Aku ikut ngapain? Aku enggak ada gunanya, mendingan aku di rumah aja."

"Temani saya," dia membuka lemari yang berisi bajuku lantas dia mengambil kemeja pink dan juga rok hitam, "pakai sekarang. Saya tunggu di bawah. Enggak usah kebanyakan mikir. Ikut aja," ucapnya lalu dari arah luar pintu ditutup dengan kencang.

Aku tersentak dan detik selanjutnya aku buru-buru mengganti pakaianku. Jangan sampai kena semprot lagi. Aku dibentak dikit aja sudah kaget, apalagi harus menghadapi kemarahannya.

Saat berada di mobil, seperti biasa aku hanya terdiam sambil menatap ke arah jalan raya. Mas Prabu mengendarai mobil dengan agak kencang, mungkin dipengaruhi oleh emosinya yang memuncak.

"Aku ngeri tahu. Pelan-pelan aja ya?"

"Aman. Diam aja kamu. Duduk tenang."

Aku menelan salivaku sambil terus meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sesekali aku melihat ke arah Mas Prabu, rahangnya mengeras dan sorot matanya tajam.

Dia jadi makin seram banget. Kelihatan seperti pria kejam yang suka ada difilm-film. Kalau boleh memilih, aku lebih pilih sifat dia yang agresif daripada seperti ini. Kelihatan seperti dewa kematian.

Padahal ini hari Minggu loh, tapi urusan pekerjaan memaksanya untuk kembali ke kantor. Aku juga kurang tahu, ada apa sih sebenarnya. Kok Mas Prabu bisa sebegitu marahnya.

Mobil ini masuk ke dalam parkiran gedung. Dari kejauhan aku bisa melihat tulisan di atas gedung itu 'Brita Production House'. Heum rumah produksi, tapi produksi apa ya? Aku jadi penasaran.

"Turun, Luv."

Aku melepaskan sabuk pengaman lalu turun dari mobilnya. Mas Prabu juga turun dari mobil kemudian kami bersama-sama masuk ke dalam gedung ini.

Kami masuk ke sebuah ruangan di mana ruangan itu sudah dipenuhi oleh beberapa orang. "Semuanya duduk," ucapnya tegas. Seluruh orang di sini langsung menuruti perintahnya. Ekspresi ketakutan terpancar jelas di wajah mereka.

Mas Prabu menunjuk ke sebuah kursi, memberikan isyarat agar aku duduk di sana kemudian dia duduk di kursi sebelahku. Disepanjang obrolan Mas Prabu dengan para bawahannya, aku hanya mendengarkan tanpa berani sekalipun untuk angkat bicara.

Soalnya aku enggak paham juga harus ngomong apa.

Namun, aku paham topik obrolan yang sedang mereka bicarakan.

Jadi, mereka sedang membuat proyek iklan. Brand-nya cukup terkenal di Indonesia. Brand tersebut memang sudah beberapa kali menjalin kerja sama dengan mereka, tetapi kali ini Brand itu meminta agar kontrak kerja sama mereka dibatalkan karena masa produksi yang melewati waktu kesepakatan.

"Produsernya siapa? Kamu kan?" Mas Prabu menunjuk ke arah seorang pria paruh baya, "mulai hari ini jangan pernah ambil proyek di PH saya."

Dipecat kah?

GET A CRUEL HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang