21. The Party Brings Clues

453 46 20
                                    

🍓🍓🍓

Di rumah Kim, tidak ada yang bisa Soojin lakukan selain membangun benteng tinggi-tinggi dari Taehyung, ia menahan diri tak menanggapi Taehyung apa pun yang terjadi, meneguhkan dirinya agar tak mudah luluh oleh rayuan Taehyung seperti sebelumnya, pokoknya ia tetap kekeuh menguasai ruang tengah alih-alih bersantai di kamar.

Mau senyaman dan seempuk apa pun kamar, tapi itu bagian dari kenangan pilunya, jadi Soojin tak suka kamar itu.

Tapi, yeah ... pada dasarnya ia memang selalu ditakdirkan untuk kalah, apalagi Taehyung adalah tipe yang cerdik dalam menguasai, lagi-lagi ia dibuat tertekan saat Taehyung datang tanpa tertebak, langsung mengambil tempat duduk di sampingnya, bersandar nyaman di sofa dan ikut melihat apa yang sedari tadi Soojin tonton di televisi.

Taehyung terkekeh, melirik sebungkus makanan ringan yang sejak tadi diremas tangan kiri Soojin, cemilan menjadi teman Soojin menonton, "Beberapa hari ini kau tidak makan dengan benar, kau terlalu banyak mengemil makanan cepat saji, itu tidak bagus bagi kesehatan." Tuturnya sambil merangkul Soojin.

Soojin ingin menyingkir dari Taehyung, tapi ia lelah, ia tahu akan percuma, jadi ia diam dan tetap lurus menatap televisi, berlagak seolah tak menyadari kedatangan Taehyung.

Taehyung tak suka diabaikan, tapi ia selalu tahu caranya membuat Soojin goyah. Jadi ia menowel-nowel dagu Soojin dengan gaya menggoda, "Bagaimana dengan taruhannya? Masih harus dilanjutkan?"

Rahang Soojin mengeras. Lelah sekali menghadapi Taehyung, pria ini gemar sekali membuat tegangan tinggi sampai ia tertekan, tapi kemudian bersikap jenaka seolah ingin memperhangat aura di antara mereka, bersikap seolah-olah tak pernah terjadi percekcokan, padahal Soojin belum selesai dengan gelora amarahnya, tapi Taehyung selalu punya cara merayunya.

Taehyung angguk-angguk meski pertanyaannya tak disahut, "Biar aku tanya ..." Taehyung sengaja mendekatkan bibirnya di pipi Soojin, "Bagaimana kalau kau kalah hm?"

Soojin muak, ia mendorong wajah Taehyung menjauhi wajahnya, "Taruhan itu masih berlangsung dan kau jangan lupa syaratnya, Tuan! Kau tak boleh menyentuhku!" Tekan Soojin.

"Ahh ... maaf, aku lupa!" Taehyung lekas melepas rangkulan, tapi ekspresinya tak terlihat benar-benar meminta maaf, "Kau juga jangan lupa syaratmu, kau harus mendapat restu Mama dan Tuan Lee ..." bisik Taehyung.

Soojin menatap Taehyung datar, kenapa Taehyung sangat tahu membuat dirinya merasa terpojok.

"Itu urusanku! Dan kau lebih baik kontrol sikapmu! Karena tadi kau baru menyentuhku! Itu pelanggaran!"

Taehyung merespons dengan gelak tawa, membuat Soojin jengkel. Ia merasa Taehyung menganggap tak serius taruhan yang ia cipta, dan juga seperti tak benar-benar berminat. Padahal jika dipikir-pikir, bukankah ini sangat menguntungkan bagi Taehyung? Tak ada titik rugi untuk Taehyung, beda dengannya yang penuh konsekuensi dan rintangan.

Taehyung masih bisa menikmati meski gagal memiliki Jinhee. Yaitu sepuasnya mengontrol dan memperlakukan Soojin. Dan jika Taehyung berhasil mendapat restu menikahi Jinhee, Taehyung pasti semakin menikmati hidupnya.

Sementara Soojin ... belum lagi perihal tugasnya menyatukan Taehyung dan Jinhee yang pasti akan membuatnya melalui berbagai kerumitan, hal pertama yang perlu ia selidiki adalah alasan Serim dan Hwansik menentang hubungan mereka, itu misi yang terlampau sulit apalagi Serim jarang pulang dan ia tak dekat dengan Hwansik. Mirisnya, ia semakin menjerumuskan dirinya dengan menawarkan diri sepenuhnya pada Taehyung jika ia gagal. Astaga! Taehyung benar, ia sudah gila!

Tapi di balik kerumitan itu, entah kenapa ia percaya ia pasti berhasil! Ia harus mendapatkan medali emasnya, yaitu kebebasan dari Taehyung.

Ia harus bersikap lebih pintar. Keuntungan lebih banyak berpihak pada Taehyung, jadi ia juga harus cerdas mengambil celah.

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang