11. Tumors In Marriage

355 48 14
                                    

🍓🍓🍓

"Carikan gaun yang bagus untuk istriku. Gaun yang membuatnya lebih menawan layaknya bidadari," Taehyung berujar tegas pada seorang pegawai wanita sembari menyentuh pundak Soojin seolah menegaskan kepemilikannya, "Aku ingin penampilannya lebih memesona mengalahkan sang pengantin," lanjutnya lagi yang langsung diangguki pegawai tersebut.

Soojin diam saja di tempat. Diam-diam tersanjung oleh cara Taehyung memperkenalkan dirinya pada orang lain. Barangkali Taehyung sudah bisa menerimanya pelan-pelan sebagai istriㅡtidak, lebih tepatnya sudah tidak malu lagi mengakuinya pada siapa pun, apalagi sekarang Taehyung sudah secara terbuka menunjukkan wajahㅡtidak seperti dulu, setiap bepergian bersamanya selalu menutup wajah dengan masker dan kacamata.

Dan Soojin juga tidak tahu kenapa hari ini mendadak Taehyung membawanya ke butik dengan kondisinya yang masih ketergantungan kursi roda, sungguh tidak elegan.

Pegawai itu mendorong kursi roda yang menopang tubuh Soojin, hendak membawanya menuju fitting room, namun Taehyung tiba-tiba mencegat.

"Dengan kondisi seperti ini pasti sangat sulit membantunya mengenakan gaun, jadi biarkan aku saja yang membantu selaku suaminya," Finalnya mutlak.

"Tapi, Tuan Kimㅡ"

"Tidak menerima penolakan!" Sahutnya tak bisa diganggu gugat. Ia kembali mengambil alih kursi roda Soojin, seakan-akan hanya dia yang boleh mengendalikan pergerakan Soojin. Mendorong kursi roda Soojin memasuki fitting room.

Tentu saja Soojin tidak bisa menolak dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini. Sudah jelas Taehyung memiliki aura yang terlampau mendominasi. Tidak ada yang bisa menyergah keputusannya. Taehyung adalah penguasa.

Setelah menerima gaun pilihan dari sang pegawai, Taehyung kembali masuk ke ruang ganti. Menutup gorden hingga menyisakan mereka berdua di ruangan yang dihiasi cermin besar yang bisa memantulkan seluruh tubuh sekaligus.

Taehyung berusaha memasangkan gaun pilihan sang pegawai itu di tubuh kecil Soojin. Lebih menyulitkan karena Soojin tidak memiliki akses bebas untuk bergerak, kakinya yang kaku menjadi masalah.

"Tuan, ini membuatmu kerepotan! Harusnya tidak perlu memilih dan beli sembarangan saja. Apa pun itu, aku akan tetap memakainya." Kata Soojin ragu-ragu.

"Kau mengoreksi keinginanku?" Taehyung menyahut datar.

Lihatlah! Sangat sulit mengajak Taehyung berbincang baik-baik. Taehyung mudah marah. Pria itu tidak menyukai pembangkangan ataupun ada yang menganggap keputusannya adalah kesalahan. Pokoknya keputusannya yang paling tepat!

Soojin menggeleng pelan, "Bukan begitu maksudku, Tuan. Hanya saja ... ini akan membuatmu repot, kan? Sulit membantuku memakai gaun ini dengan kondisiku yang masih seperti ini." Sahutnya lebih detail, separuh takutㅡtentu saja.

"Apakah kau lupa siapa yang selama ini membantumu mandi dan berganti pakaian seperti pembantu?" Sungut Taehyung, mendadak tegangan mulai memenuhi ruang ganti tersebut.

Soojin menghela napas samar, ia salah lagi! "Tapi ini tidak di rumah, jadi akan lebih sulit dibanding di rumah yang bisa bebas. Lagi pula ... kau membantuku sambil ..." Soojin mendadak kesulitan menenggak ludah, bahkan ia tidak sanggup menyelesaikan kalimat apalagi sorot mata Taehyung kian menajam.

Soojin buru-buru menunduk menghindari hazel itu, tentu saja Soojin tidak bisa melupakan apa yang ia alami di rumah semenjak syaraf kakinya bermasalah. Taehyung memang selalu menjadi orang terdepan yang membantunya, yang rela menggadaikan waktu bekerja untuk mengurusnya yang seperti penyandang tuna daksa ini, tapi secara bersamaan juga Taehyung memanjakan birahi padanya, suka menyiksanya lewat kegiatan sensual yang terlalu intens, menyetubuhinya tak peduli rasa sakitnya menghujam dua kali lipat akibat kakinya yang cedera ini terus dipaksa mengangkang lama. Kata Taehyung itu sebagai bayaran karena telah membantu. Itu membantu atau licik ya? Jika begini terus kapan kakinya bisa pulih cepat?

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang