33. Leads To A Terrible Reality

292 46 9
                                    

🍓🍓🍓

Mungkin masih banyak yang belum Soojin ceritakan tentang dibalik pernikahannya dan Taehyung. Seperti ... bagaimana mereka pertama kali bertemu? Atau kesan seperti apa yang mereka rasakan ketika netra mereka untuk pertama kalinya saling bertaut?

Soojin jelas tidak tahu apa yang pertama kali Taehyung pikirkan tentangnya. Tetapi, Soojin masih ingat dengan sangat baik apa yang relung hatinya katakan saat pertama kali melihat Taehyung dalam hidupnya.

Tampan. Menawan. Gagah. Karismatik.

Munafik kalau Soojin tidak mengakui kesan itu. Siapa pun tahu Taehyung itu luar biasa tampan. Perasaannya kian menggebu-gebu setelah Serim memberitahunya bahwa ia akan menjadi istri Taehyung, hal yang membuat Soojin semakin merasakan hal-hal acak di detik-detik pertemuannya dengan Taehyung.

Bisa dikatakan mereka saling mengenal di musim penghujan. Serim mempertemukan mereka di sebuah kafe yang tak terlalu ramai dengan suasana gerimis di sore hari. Soojin duduk berhadap-hadapan dengan Taehyung, membuat Soojin sangat gugup. Dan Taehyung sama sekali tak melakukan apa pun. Tidak bicara juga tidak tersenyum. Pria itu hanya mengangguk-angguk mendengarkan keputusan Ibunya. Tanpa menyela, tanpa menyanggah. Serim benar-benar menguasai pertemuan mereka kala itu.

Kesan lainnya yang Soojin dapatkan dari Taehyung, Pria itu dingin, pria abu-abu yang sulit ditebak, atau pria keras yang tak bisa ditembus, tapi menurutnya itu sama sekali bukan masalah. Siapa pun tidak akan mengerti mengapa Soojin terburu-buru menerima lamaran itu tanpa memikirkan apa pun.

Jawabannya ... ia sakit.

Soojin tidak sempat memikirkan apakah ia akan benar-benar bahagia dan bisa dekat dengan Taehyung setelah menikah. Tapi, ia hanya ingin orang-orang tak lagi memandangnya sebelah mata. Ia ingin merasa dihormati sebagai orang kaya, atau sebagai istri dari pria tampan.

Hanya itu yang Soojin pikirkan, pikiran yang sangat dangkal hingga dengan mudahnya ia memercayai iming-iming Serim.

Dan untuk saat ini ... jika Soojin ditanya apakah ia menyesal? Mungkin Soojin kebingungan harus menjawab apa.

Rasa sesal itu pasti ada. Tetapi ... kembali lagi ... tidak semua orang bisa menjadi milik si tampan Kim Taehyung.

Soojin tidak munafik. Soojin tidak akan berteriak demi terlihat suci. Ia juga punya ego, yang terkadang membawanya berpikir seperti, "Aku tidak peduli bagaimana hubunganku dan suami, yang penting aku istri orang kaya."

Hahaha, gila memang! Ia tidak pernah dekat dengan Taehyung. Tapi mereka masih bisa begitu dekat di situasi-situasi tertentu. Tepatnya seperti ketika ia berada di bawah Taehyung, ataupun saat mereka dijerat oleh hawa panas.

Dalam pernikahan, mereka tidak pernah saling menghargai, saling berbagi cinta, kepercayaan, dan ketulusan. Tetapi mereka suka berbagi hal-hal semacam gairah, berbagi desahan, berbagi getaran panas dan saling memberikan keringat. Hanya itu yang membuat mereka dekat. Hubungan seksual. Pernikahan mereka hanya diisi gairah. Momen mereka hanyalah seks atau persitegangan panas.

Soojin pikir ia bisa bertahan dengan itu selagi Taehyung mengakuinya pada dunia. Ia ingin dunia tahu ia adalah perempuan paling beruntung meskipun faktanya ia mengorbankan banyak hal dari itu.

Tapi, lama-kelamaan ia tidak tahan, tentu saja, memangnya siapa yang tahan hidup dalam tekanan? Setiap tarikan napasnya dibuat sesak oleh Taehyung. Tekadnya memudar seiring luka menguasainya. Ia tak lagi membutuhkan hormat jika ia tak bisa bahagia dalam pernikahan. Hal itulah yang mendorongnya membuat keputusan yang terlampau gila.

Sebuah taruhan!

Ia masih begitu percaya diri ia mampu memenuhi taruhannya sendiri. Tapi, sampai titik ini ia bahkan belum mempersiapkan apa pun. Mendadak, Soojin takut ia akan dibunuh oleh keputusannya sendiri.

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang