34. In Between Pain

264 44 14
                                    

🍓🍓🍓

"Apakah itu alasan terbesarmu menikahkanku dengan Taehyung? Agar aku terjebak di antara pilihan yang sama-sama menawarkan penderitaan?"

Serim jelas tidak tahu sekeras apa Soojin menggenggam titik warasnya demi bisa menemukan sebongkah kebenaran yang tentu saja berkaitan dengan pernikahannya. Pernikahan yang mengantarkan Soojin pada hal-hal rumit, memaksanya berpikir lebih kritis dan dewasa di saat seharusnya ia hanya cukup stres karena rumus matematika.

Tentu saja tentang tandatangan, ataupun surat pra nikah mampu membuat isi kepala Soojin seperti dikorek menggunakan ujung paku berkarat.

"Tapi, kau tidak akan menderita jika bersama Junseok, ini akan berbeda."

Soojin tak menduga Serim bisa begitu santai ketika mengatakan itu. "Kenapa kau sangat yakin?"

Kedua sudut bibir Serim terangkat tipis, "Kembali lagi pada jawaban awalku. Alasanku karena kupikir kau mirip denganku. Bukan serupa dari fisik, tetapi nasib dan emosi."

"Tapㅡ"

"Aku sangat mencintai mendiang Ayah Taehyung." Serim tiba-tiba menukas seolah tidak membiarkan secelah pun waktu untuk Soojin bicara. Lagi pula Serim bisa menebak apa yang akan Soojin ucapkan. "Aku mencintai Kim Haejun di saat usiaku masih 18 tahun. Sama sepertimu, aku juga menikah di usia yang sangat muda, Ayah Taehyung sudah berumur matang, jarak usia kami sangat jauh seperti kau dan Taehyung. Aku harus menjalani rumah tangga dengan pikiran yang masih labil dan masih belum teratur. Mungkin aku sedikit tertekan, tetapi aku masih bisa mengambil celah kebahagiaan dari pernikahanku, yaitu jiwaku yang kosong bisa kuisi oleh cintaku pada Haejun. Meski ... aku tahu Haejun tak pernah benar-benar mencintaiku."

Langit jingga perlahan-lahan memudar digantikan oleh gelap yang meninggalkan horizon merah muda. Soojin tidak menduga pembicaraan yang cukup menegangkan ini berakhir dengan ia mendengarkan kisah Serim di antara kegelapan yang mulai merangkak pelan. Soojin bisa menyadari bagaimana raut Serim berubah sendu setiap kali kepalanya dipaksa mengais jutaan ingatan serta kenangannya.

"Aku sangat mencintai Haejun, dia pria keras yang memiliki ambisi besar pada kekuasaan. Hingga entah bagaimana, setelah aku melahirkan Taehyung di usia dini, Haejun tiba-tiba membuat kesepakatan gila bersama Junseok. Haejun sangat berminat pada bisnis Junseok, ia bisa mengambil alih klub Black Swan dengan syarat aku sebagai gantinya."

Soojin mendengarkan cerita itu secara saksama, dengan jantung yang semakin berpacu tidak waras.

"Aku terlalu patuh pada Haejun, dan aku terlalu polos hanya karena iming-iming Haejun hingga aku berakhir menyetujui untuk ikut dengan Junseok. Menikah dengan Junseok untuk memenuhi semua nafsu Haejun terhadap kekuasaan."

"Haejun tidak menceraikanku karena kehadiran Taehyung. Tentu saja aku masih tinggal bersama Haejun, satu rumah dengannya mengurus Taehyung bersama-sama, tetapi aku harus bersedia kapan pun jika Junseok menginginkanku. Dia pria baik, dia merasa puas hanya dengan memanjakan orang kesayangannya. Dia suka mengajakku berbelanja, memintaku membeli apa pun yang aku mau, dan kadang dia juga suka memanjakan Taehyung kecil. Itulah mengapa aku meyakinkanmu bahwa menikah dengan Junseok tidak akan membuatmu menderita. Bukankah kau ingin diperlakukan istimewa itu oleh seseorang? Junseok akan melakukannya untukmu. Aku yakin."

"Jika Tuan Junseok baik dan katamu aku akan bahagia menikah dengannya. Tapi, kenapa kau tampak menghindari Tuan Junseok?"

"Karena aku tertekan! Junseok bukan orang jahat, hanya saja aku masih memiliki seseorang di ruang hatiku. Aku hanya mencintai Haejun, aku hanya ingin bahagia dengan Haejun dan anak kami. Jadi, tentu saja aku merasa tidak nyaman diperlakukan terlampau intens oleh orang lain selain Haejun. Kau tidak akan mengerti sebelum kau merasakan cinta."

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang