27. Pain That Gives Birth To Selfishness

310 44 18
                                    

🍓🍓🍓

Bagi Soojin, sudah tidak kaget lagi dengan sambutan kepala pening, tubuh remuk, paha kaku, dan selatan tubuh yang ngilu ketika terbangun. Semuanya sudah biasa, sakit dari Taehyung itu adalah seni. Mungkin yang berbeda ia merasakan itu ketika masih berada di rumah sakit.

Sialnya, pagi-pagi sekali Taehyung sudah datang. Malam tadi Taehyung langsung pulang usai memuasi dahaga gilanya, sama sekali tidak berniat menemani Soojin menerjang malam, tapi siapa juga yang ingin ditemani Taehyung? Lebih baik tidak datang sekalian! Soojin tidak butuh! Ia tidak pernah membutuhkan Taehyung!

"Cepat makan buburnya! Nanti dingin!"

Soojin benci suara serak itu, ia tahu Taehyung sama sekali tidak ikhlas membantunya. Lihatlah wajah datar itu ketika hendak menyuapi sesendok bubur padanya. Alih-alih merasa dibantu, Soojin justru merasa tengah ditekan oleh Taehyung.

"Aku bisa makan sendiri!" Soojin merampas mangkuk bubur dari tangan Taehyung.

Taehyung tidak mencegah, ia biarkan gadis itu makan sendiri bersama emosi panas, makan dengan amarah itu tidak baik, makanya Soojin langsung tersedak dan Taehyung sama sekali tidak berniat mengambilkan air.

Astaga! Suami macam apa itu!

Soojin segera menjangkau gelas berisi air mineral, meminumnya secara rakus dengan mata yang sedikit berair. Sementara Taehyung beralih duduk ke atas ranjang, menghadap Soojin. Kemudian ia menautkan anak rambut Soojin yang berjatuhan agar Soojin lebih leluasa makan dan minum. Untungnya bisep Soojin mulai menunjukkan perkembangan yang bagus.

"Kau tahu? Pacarmu itu rela mati membusuk di kursi tunggu demi bisa bertemu denganmu."

Penuturan Taehyung sukses membuat Soojin menghentikan acara makannya. "Jaemin?"

"Siapa lagi? Memangnya pacarmu ada berapa?"

Soojin tidak peduli seperti apa Taehyung menilai hubungannya dengan Jaemin, "Kenapa kau tidak memberitahuku? Sejak kapan dia di luar?"

"Kenapa memangnya? Katakan saja kau ingin menemuinya." Taehyung menekan pergelangan tangan Soojin.

"Tapㅡ"

"Aku suamimu, dan kau wajib mematuhiku!" Jiwa kolektor Taehyung kembali lagi.

Soojin meneguk ludahnya susah payah. "Aku mohon, izinkan aku bertemu dengannya. Setelah itu aku janji akan mendengarkanmu. Aku takkan menemuinya lagi, aku bersumpah!" Tegas Soojin. Ia menemui Jaemin hanya ingin membuat Jaemin mengerti agar tidak menunggunya lagi.

Taehyung memutar bola mata, "Kurasa kau sudah pernah berkata begitu padaku. Tapi ujung-ujungnya kau tetap melanggarnya, kan?"

Soojin sontak tertohok, "Ka-kali ini aku janji!"

Taehyung menggeleng tegas, ia tidak akan luluh semudah itu, "Lebih baik kau habiskan sarapanmu dan setelah itu kembali istirahat! Kalau tidak ... apa kau ingin aku membuatmu tidak bisa jalan?" Kemudian seringaian khasnya muncul, membuat Soojin merinding.

Pada akhirnya, Soojin menghabiskan buburnya tanpa berani mengangkat wajah. Ia berusaha menyembunyikan getaran tubuhnya meskipun Taehyung sudah menyadarinya sejak tadi. Taehyung tanpa bosan memain-mainkan rambut Soojin yang kusut.

"Bagaimana dengan taruhan yang kau buat itu?" Taehyung sedikit menunduk agar bisa melihat wajah Soojin, "Kau itu penipu, sering lupa janjimu sendiri. Jadi, bagaimana bisa aku masih menanggapi taruhan gilamu?"

Soojin menegakkan punggungnya, menatap Taehyung serius, "Aku sudah mengatakan ini berkali-kali! Aku takkan melanggar!"

"Benarkah?" Senyuman Taehyung terkesan mengejek, "Kau saja sudah berkali-kali melanggar. Apalagi untuk taruhan. Bagaimana kalau misalnya aku menang? Kau menjadi budak seks-ku. Lalu kau akan berusaha kabur lagi dan mengadu bahwa aku pria bejat yang telah melecehkanmu? Atau pedofel yang menyiksamu? Apa kau akan begitu dan melupakan sumpah dan janjimu itu?"

Chandelier ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang